Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/07/2025, 18:40 WIB
Aningtias Jatmika,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pesisir Indonesia menghadapi ancaman yang kian nyata. Dari Sabang hingga Merauke, garis pantai yang dulu lebat oleh vegetasi terus mengalami degradasi.

Mulai dari abrasi, banjir rob, hingga hilangnya habitat pesisir perlahan menjadi pemandangan umum di berbagai daerah. Krisis iklim pun memperburuk situasi dan mempercepat kerusakan lingkungan yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat pesisir.

Salah satu penyebab utama kerentanan ini adalah rusaknya ekosistem mangrove. Padahal, mangrove bukan hanya benteng alami yang melindungi pesisir dari gelombang dan badai, melainkan juga rumah bagi ribuan spesies laut, serta salah satu penyerap karbon paling efektif di dunia.

Mangrove merupakan salah satu ekosistem paling produktif dan berperan penting dalam menjaga keseimbangan alam.

Akar-akarnya yang kuat efektif menahan laju abrasi, menyaring air laut, sekaligus menciptakan habitat yang ideal bagi ikan, udang, dan kepiting untuk berkembang biak.

Keberadaan mangrove juga menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup dari hasil laut.

Tak hanya itu, mangrove menyimpan potensi besar dalam mengatasi perubahan iklim. Data dari Blue Carbon Initiative dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan bahwa hutan mangrove dapat menyerap karbon 4–5 kali lebih banyak dibandingkan hutan daratan tropis.

Baca juga: Menteri LH: Mangrove dan Gambut Jadi Kunci Pangkas Emisi

Setiap hektare mangrove mampu menyimpan hingga 1.000 ton karbon dioksida (CO2). Artinya, emisi tahunan dari sekitar 30.000 mobil dapat diserap. Kemampuan ini menjadikannya sebagai solusi berbasis alam yang sangat efektif dalam mitigasi krisis iklim.

Di sisi lain, berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) 2023, lebih dari 637.000 hektare kawasan mangrove di Indonesia berada dalam kondisi rusak. Angka ini menjadi pengingat bahwa pelestarian mangrove adalah tugas bersama yang semakin mendesak.

Padahal, luas hutan mangrove terbesar di dunia terdapat di Indonesia dengan cakupan sekitar 31.000 kilometer persegi. Angka ini hampir menyamai luas Timor Leste atau kira-kira seukuran Provinsi Jawa Tengah.

Cerita Lestari, komitmen KG Media menanam harapan

Di tengah kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan, kesadaran dan aksi nyata dari berbagai pihak menjadi kunci. Salah satu langkah konkret datang dari KG Media melalui inisiatif bertajuk "Cerita Lestari", yakni upaya menanam harapan demi masa depan yang berkelanjutan.

Kesadaran itu melahirkan gagasan untuk menjembatani konsumsi informasi dengan aksi ekologis. Dengan jumlah pembaca yang besar dan pengaruh yang luas, media memiliki potensi besar untuk menggerakkan perubahan, tak hanya melalui narasi, tetapi juga lewat kontribusi langsung.

“Melalui 'Cerita Lestari', KG Media berupaya mengonversi jejak digital pembaca menjadi kontribusi nyata bagi lingkungan,” ujar General Manager (GM) Sustainability KG Media Dimas Fikhriadi.

Setiap tayangan artikel kerja sama yang masuk dalam kanal Lestari—kanal khusus yang menyoroti isu-isu lingkungan dan keberlanjutan—akan diakumulasikan dan dikonversi menjadi aksi penanaman pohon mangrove.

Semua inventory yang ditawarkan tayang di kanal ini telah diperhitungkan sebagai bagian dari tanggung jawab karbon.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
Pemerintah
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pemerintah
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Pemerintah
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
BrandzView
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
Pemerintah
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
LSM/Figur
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat 'Greenship Award 2025'
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat "Greenship Award 2025"
Swasta
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
LSM/Figur
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau