Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bappenas Minta AHY Ikuti Jejak Ali Sadikin Bangun Kota Berkelanjutan

Kompas.com - 16/09/2025, 12:08 WIB
Manda Firmansyah,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Indonesia belum mampu memanfaatkan urbanisasi sebagai mesin kesejahteraan. Padahal, sejak 2010 mayoritas penduduk tinggal di kota, dan pada 2045 proporsinya diproyeksikan melonjak menjadi 72,9 persen.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudi menilai, kontribusi kota terhadap ekonomi masih rendah.

“Setiap 1 persen pertumbuhan perkotaan hanya meningkatkan PDB per kapita sebesar 1,4 persen,” ujarnya dalam peluncuran Dokumen Kebijakan Perkotaan Nasional (KPN) 2025, Senin (25/9/2025).

Pada saat yang sama, kota-kota di Indonesia menghadapi Triple Planetary Crisis, meliputi krisis iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

"Bayangkan 10 juta jiwa kita terancam kenaikan muka laut. Secara global, kita juga menghasilkan sampah yang biasa besar dan ini mengancam 1 juta spesies yang akan terancam punah juga.

Menurut Rachmat, minimnya kontribusi kota dan beragam ancaman yang dihadapinya adalah alasan pembangunan kota perlu lebih berkelanjutan. 

Teruskan Model Ali Sadikin

Menurut Rachmat, pembangunan kota pasca kemerdekaan yang benar-benar terencana baru terjadi di Jakarta pada era Gubernur Ali Sadikin (1966–1977).

Baca juga: Tambang Nikel Rusak Raja Ampat, Greenpeace Desak Tata Kelola Mineral Berkelanjutan

Ali menerapkan model pembangunan berorientasi manusia, mulai memperbaiki kampung dan gang, membangun pasar induk pertama di Kramat Jati, memperluas sungaibanjir, hingga menyiapkan ruang publik seperti gelanggang remaja dan pemakaman Tanah Kusir.

"Pak Ali Sadikin membangun mulai dari masyarakat itu (dari) lahir, berkembang, remaja, dewasa, sampai meninggal," ungkap Rachmat.

Dia menilai, model pembangunan perkotaan yang dilakukan Ali Sadikin merupakan yang terbaik yang pernah Indonesia miliki.

Rachmat meminta Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), membangun perkotaan yang berkelanjutan.

Meski dimulai dari Jawa, kata dia, hal tersebut dapat menjadi semacam landmark bagi pembangunan perkotaan Indonesia ke depan.

"Bagaimana supaya strategi kebijakan perkotaan nasional menuju tahun 2045, menuju perkotaan berkelanjutan, benar-benar menjadi model kita sendiri. Karena tidak ada model yang bisa membuat seperti yang kita buat," ucapnya.

Ia mengungkapkan, Kementerian PPN/Bappenas telah menyusun KPN sejak 2011. Namun, saat itu Indonesia belum mempunyai kementerian khusus untuk mengurus perkotaan seperti Kementerian Koordinator Bidang Infrastktur dan Pembangunan Kewilayahan.

"Kami hanya menyiapkan perencanaannya. Bapak (AHY) pimpinlah pembangunan infrastruktur ke depan. Infrastruktur fisik, sosial, ekonomi, dan digital ada di tangan Bapak. Sekarang waktunya Bapak (AHY) menorehkan sejarah baru setelah Bapak Ali Sadikin," ujar Rachmat.

Baca juga: Studi: Petani Sawit Mandiri Indonesia Tersisih dari Pasar Berkelanjutan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
Pemerintah
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pemerintah
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Pemerintah
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
BrandzView
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
Pemerintah
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
LSM/Figur
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat 'Greenship Award 2025'
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat "Greenship Award 2025"
Swasta
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
LSM/Figur
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau