Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah 20 Tahun, WTO Resmi Larang Subsidi Perikanan Ilegal dan Merusak

Kompas.com - 16/09/2025, 18:37 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Senin (15/9/2025), Perjanjian tentang Subsidi Perikanan resmi berlaku.

Perjanjian yang diratifikasi oleh 111 negara anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) itu menjadi tonggak penting upaya menekan praktik penangkapan ikan yang merusak.

Perjanjian yang dikenal dengan nama “Fish 1” ini melarang subsidi pemerintah pada praktik penangkapan ikan yang sudah dieksploitasi berlebihan (overfished), kecuali ada langkah pemulihan. 

Perjanjian juga melarang subsidi untuk praktik penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (illegal, unreported, unregulated/IUU fishing). 

Kesepakatan ini baru tercapai setelah hampir dua dekade perundingan panjang antaranggota WTO.

Direktur Global Program Laut World Resources Institute (WRI), Tom Pickerell, menyebut keberlakuan perjanjian ini sebagai capaian bersejarah di tengah dinamika politik dunia yang penuh tantangan.

Baca juga: 29 Izin untuk Budidaya Udang, Usaha Perikanan Terkendala Regulasi

“Di tengah situasi geopolitik yang sulit tahun ini, pencapaian ini menjadi tonggak bersejarah yang menunjukkan negara-negara masih berkomitmen bekerja sama untuk memulihkan kesehatan laut. Komunitas pesisir di seluruh dunia akan merasakan manfaatnya,” ujarnya.

Pickerell menegaskan, subsidi yang tidak tepat sasaran selama ini justru menjadi pendorong eksploitasi stok ikan secara berlebihan.

“Perjanjian ini adalah langkah penting untuk menghentikan insentif pemerintah yang mendorong eksploitasi berlebihan terhadap stok ikan. Subsidi yang merusak ini membuat penangkapan ikan tetap menguntungkan meski stok ikan menurun, dan terkait dengan praktik-praktik tidak berkelanjutan, bahkan ekstrem, seperti IUU fishing,” katanya.

Namun, Pickerell juga mengkritik lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kesepakatan.

“Tidak seharusnya butuh lebih dari 20 tahun negosiasi hanya untuk sepakat menghentikan subsidi yang merusak stok ikan,” ujarnya kepada Kompas.com, Senin.

Saat ini, WTO tengah menyiapkan tahapan berikutnya yang disebut “Fish 2”. Negosiasi lanjutan ini ditujukan untuk mengatur lebih jauh soal subsidi yang meningkatkan kapasitas penangkapan dan memperburuk overfishing.

Pickerell menekankan, perundingan kali ini tidak boleh memakan waktu terlalu lama.

“Fish 2 tidak boleh memakan waktu dua dekade lagi. Baik kondisi laut yang terus menurun maupun masyarakat yang bergantung padanya tidak bisa menunggu lebih lama,” tegasnya.

Baca juga: Ironi Perikanan Indonesia: Produk Buruk, Penduduk Pesisir Stunting

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
Pemerintah
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pemerintah
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Pemerintah
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
BrandzView
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
Pemerintah
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
LSM/Figur
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat 'Greenship Award 2025'
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat "Greenship Award 2025"
Swasta
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
LSM/Figur
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau