KOMPAS.com - Secara global, rata-rata orang membuang sekitar 132 kg makanan per tahun, dan angka ini terus meningkat. Dan dalam hal ini negara-negara kaya membuang lebih banyak makanan per orang.
Namun, dalam sebuah opini yang diterbitkan di jurnal Cell Reports Sustainability, para ekonom pertanian menyoroti bagaimana urbanisasi dan ekspansi ekonomi mendorong peningkatan pemborosan makanan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Para ekonom juga berpendapat untuk mengurangi limbah makanan, perlu ada langkah kebijakan dan perubahan struktural, misalnya memberikan dorongan insentif kepada supermarket dan restoran agar mendonasikan sisa makanan.
Selain itu, penting juga untuk mengedukasi konsumen agar mereka melakukan praktik pembelian yang lebih bijak dan penyimpanan makanan yang lebih tepat.
"Apabila tidak ditangani, meningkatnya limbah di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah berpotensi memperkuat kebiasaan konsumsi yang tidak berkelanjutan. Hal ini akan membawa dampak buruk yang serius bagi ketahanan pangan, kesehatan masyarakat, dan keseimbangan lingkungan," tulis ekonom pertanian Emiliano Lopez Barrera dan Dominic Vieira dari Texas A&M University dalam opininya.
Baca juga: Atasi Sampah Makanan, Rutinitas Harian Kita Jadi Kunci Utama
Lebih lanjut, mereka juga menulis bahwa investasi yang sifatnya proaktif seperti untuk infrastruktur pendingin, regulasi donasi makanan, dan peningkatan kesadaran publik dapat mengubah norma sosial sebelum perilaku membuang makanan menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan.
"Jika kita tidak bertindak hari ini, hal itu hanya akan melipatgandakan biaya di masa depan dan membuat intervensi mendatang semakin sulit," tulis para peneliti lagi, dikutip dari Phys, Jumat (26/9/2025).
Secara global, pemborosan makanan yang didefinisikan sebagai makanan yang dibuang oleh konsumen atau oleh layanan makanan dan tempat ritel meningkat sekitar 24 persen antara tahun 2004 dan 2014.
Secara historis, orang kaya dan negara-negara berpenghasilan tinggi membuang lebih banyak makanan. Meskipun hal ini masih berlaku hingga saat ini, tingkat pemborosan makanan menjadi lebih mirip di semua negara.
Menurut laporan tahun 2024, pemborosan makanan tahunan hanya bervariasi sekitar 7 kg per orang di seluruh negara berpenghasilan tinggi, menengah ke atas, dan menengah ke bawah.
Para penulis berpendapat bahwa kesamaan tingkat pemborosan ini disebabkan oleh lonjakan limbah makanan di negara-negara berpendapatan menengah, termasuk China, India, dan Brasil, yang mengalami urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi pesat.
Urbanisasi memicu pemborosan makanan dengan mengubah cara orang berbelanja dan mengonsumsi. Misalnya, kemudahan akses ke supermarket dan kulkas membuat orang cenderung membeli makanan yang mudah basi dalam jumlah melebihi kebutuhan mereka.
"Rumah tangga perkotaan cenderung menghasilkan lebih banyak sampah makanan daripada rumah tangga pedesaan, karena masyarakat pedesaan lebih sering memanfaatkan kembali makanan yang dibuang," tulis mereka.
Supermarket juga membuang makanan dalam jumlah yang signifikan.
Misalnya saja, para penulis mencatat bahwa di Brasil, jaringan supermarket melaporkan kerugian sebesar 1.2 miliar dolar AS akibat pemborosan makanan pada tahun 2018 saja.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya