KOMPAS.com - Sebesar 52,71 persen lahan pada daerah aliran sungai (DAS) Anai atau seluas 36.272 hektar berstatus kritis. Jika tidak dilakukan upaya pencegahan, lahan pada DAS Anai yang berstus kritis akan semakin luas.
Berdasarkan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Agam Kuantan, lahan pada DAS Anai yang berstatus kritis seluas 2.058 hektar dan dengan kondisi sangat kritis 421 hektar. Total lahan pada DAS Anai seluas 68.815 hektar. Secara wilayah, DAS Anai meliputi enam kabupaten/kota. Yaitu, Padang Pariaman, Tanah Datar, Padang, Padang Panjang, Agam, dan Solok.
"Untuk sebaran lahan krisis pada DAS Anai memang dominasi agak kritis, tetapi ketika ini kita tidak jaga, ke depan bisa jadi kita akan kritis dan sangat kritis," ujar Kepala BPDAS Agam Kuantan Kementerian Kehutanan (Kemenehut)," Imas Aidaningsih dalam webinar beberapa hari lalu.
Baca juga: Menteri Lingkungan Hidup Serukan Aksi Selamatkan DAS Brantas Jatim
Menurut Imas, lahan pada DAS Anai sudah banyak terdegradasi. Kalau dibandingkan lima tahun lalu, tata guna lahan pada DAS Anai saat ini sangat banyak mengalami perubahan. DAS Anai beralih fungsi menjadi lahan pertanian, permukiman, perkebunan, sampai bandara/pelabuhan. Yang paling luas adalah beralih fungsinya DAS Anai menjadi lahan pertanian.
Sebesar 14,64 persen lahan pada DAS Anai atau 10.084 hektar telah menjadi pertanian lahan kering; 11,52 persen atau 7.933 hektar sawah; serta 7,78% lahan atau 5.358 hektar pertanian lahan kering campur semak.
"Di sini cukup banyak dan dominan pertanian lahan kering di hulu-hulu DAS Anai. Ini juga perlu mendapatkan perhatian, mungkin cara persiapan lahannya dan juga cara untuk penanamannya, jadi harus memperhatikan teknik-teknik konservasi tanah seperti itu. Harus menjadi perhatian karena tata guna lahan ini sudah sangat cukup banyak perubahan," tutur Imas.
Berdasarkan tutupan atau fungsi kawasan hutan pada DAS Anai, sebesar 45,51 persen atau 31.351 hektar adalah areal penggunaan lain (APL). Sisanya, sekitar 25,89 persen atau 17.836 hektar suaka margasatwa; 21,32 persen atau 14.689 hektar hutan lindung; 6,56 persen atau 4.516 hektar cagar alam, serta 0,72 persen atau 494 hektar tubuh air.
Imas menilai, wilayah curam dan rawan longsor di kawasan DAS Anai menjadi prioritas untuk direhabilitasi. Kawasan hulu DAS Anai di Gunung Merapi, Singgalang, dan Tandikat perlu direhabilitasi agar air hujan dapat tertahan di tanah.
Baca juga: Cegah Banjir, Properti Ilegal di Hulu DAS Ciliwung Dibongkar
“Ketika hulunya terbuka, relatif terbuka, tentunya ini akan sangat rawan terjadi banjir, karena mungkin nanti dengan cepatnya hujan air yang turun itu tidak tertahan lagi,” ucapnya.
Selain itu, pembukaan lahan DAS Anai untuk perkebunan juga menjadi salah satu pemicu banjir.
Banjir bandang pernah melanda Kawasan Lembah Anai Nagari Singgalang, Kecamatan Sepuluh Koto, Kabupaten Tanah Datar, pada 11-12 Mei 2024 lalu. Banjir merusak banyak bangunan dan memutus jalan lintas Padang-Bukittinggi.
"Tidak kurang dari 50 korban jiwa. Untuk kejadiannya saat itu malam hari, kalau siang hari barangkali bisa dibayangkan bagaimana dampaknya untuk keselamatan masyarakat," ujar Imas.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya