JAKARTA, KOMPAS.com - Belasan bangunan liar masih berdiri di bantaran Kali Gendong, RT 20, RW 17, Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, meski sudah ada larangan.
Ketua RT 20, RW 17, Henri Kurniawan (48), mengatakan, sudah berulang kali menegur para pedagang yang menempati bangunan liar tersebut, namun tidak digubris.
"Kita udah sering bersinggungan, marah-marah udah sering. Sama bengkel motor itu sampai ada mengatasnamakan ormas," ucap Henri saat diwawancarai Kompas.com, Rabu (3/9/2025).
Baca juga: Bangunan Liar di Bantaran Kali Gendong Disewakan Oknum Warga, Tarif Capai Rp1 Juta
Henri menjelaskan bahwa sejak 2024 para pedagang yang memiliki kios semi permanen di bantaran kali itu telah diberi imbauan agar berpindah.
Menurutnya, lahan bantaran Kali Gendong seharusnya digunakan untuk ruang terbuka hijau.
Sebagai ketua RT, ia berharap kawasan tersebut segera dibebaskan dari bangunan liar.
"Saya beri tahu bahwa itu lahan untuk penghijauan, jadi saya minta tolong untuk dijadikan lahan hijau. Lurah bilang oke masukin ke tingkat wali kota," katanya.
Terakhir kali, imbauan diberikan pada 31 Juli 2025.
"Juli tanggal 31 ada yang namanya imbauan penataan dihadiri tiga pilar dan lainnya. Tiga kali udah sosialisasi tapi masih tetap beroperasi sampai hari ini," jelas Henri.
Baca juga: Belasan Bangunan Liar Bermunculan di Bantaran Kali Gendong
Saat ini, terdapat sekitar 13 bangunan liar yang berdiri di sepanjang 800 meter bantaran Kali Gendong.
Sebelumnya, kawasan tersebut pernah ditertibkan pada era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Rencananya, lahan itu akan dijadikan ruang terbuka hijau. Namun, rencana tersebut belum terealisasi karena Ahok lengser dari jabatannya.
Pada masa kepemimpinan Anies Baswedan, bantaran kali itu justru dijadikan tempat relokasi bagi pedagang tanaman hias yang terdampak pembangunan Jakarta International Stadium (JIS).
Awalnya hanya ada 10 toko semi permanen yang ditempati pedagang tanaman hias.
Baca juga: Potret Kelam di TPU Kebon Nanas: Jadi Tempat Mesum dan Dijajah Bangunan Liar
Namun, seiring waktu, para pedagang tanaman hias meninggalkan kiosnya karena sulit laku dan terkendala akses air.
Kondisi tersebut membuat sebagian pedagang akhirnya menjual atau menyewakan kembali kios semi permanen itu ke pedagang lain.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini