JAKARTA, KOMPAS.com – Transportasi umum Jakarta mencatat capaian penting di tingkat internasional.
Berdasarkan survei global yang dilakukan Time Out terhadap 18 ribu responden dunia, ibu kota Indonesia menempati peringkat ke-17 dari 50 kota dengan sistem transportasi publik terbaik dunia.
Posisi ini menempatkan Jakarta sebagai kota kedua terbaik di Asia Tenggara setelah Singapura, sekaligus unggul dibanding Kuala Lumpur, Manila, dan Bangkok.
“Jakarta sekarang ini dari 50 negara, 18 ribu yang disurvei, itu berada nomor 17. Di ASEAN setelah Singapura, jadi kita lebih baik dari Kuala Lumpur, Manila, Bangkok, dan sebagainya,” ucap Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung di Halte Jaga Jakarta, Senen, Jakarta Pusat, Senin (8/9/2025).
Baca juga: Transportasi Umum Jakarta Jadi Sorotan Internasional, Apa Alasannya?
Berikut 19 besar hasil survei Time Out 2025:
Baca juga: Pramono Ungkap Alasan Dipajangnya Puing Sisa Kebakaran di Halte Jaga Jakarta
Dalam survei tersebut, bus Transjakarta disebut sebagai moda transportasi umum paling populer dengan tingkat persetujuan 79 persen.
Transjakarta beroperasi di jalurnya sendiri (busway) dan menawarkan pilihan paling terjangkau bagi warga untuk berkeliling kota.
Selain itu, Jakarta memiliki:
Keberagaman moda ini dinilai mendukung mobilitas warga sekaligus meningkatkan daya saing Jakarta di tingkat global.
Baca juga: Bagaimana Progres Pemenuhan 17+8 Tuntutan Rakyat?
Di tengah kabar positif tersebut, Gubernur Pramono juga menyinggung kerusakan 22 halte Transjakarta akibat kericuhan demo pada Jumat (29/8/2025).
Ia memastikan seluruh halte sudah kembali beroperasi normal dalam waktu kurang dari tujuh hari.
“Tidak lebih dari tujuh hari, sudah normal kembali. Dan hari ini mohon maaf, tarifnya juga sudah normal kembali,” kata Pramono.
Salah satu halte yang rusak paling parah adalah Halte Senen Sentral, yang kini resmi berganti nama menjadi Halte Jaga Jakarta.
Baca juga: BEM UI Bakal Gelar Demo di DPR Besok
Menurut Pramono, perubahan nama halte menjadi “Jaga Jakarta” merupakan simbol agar masyarakat bersama-sama menjaga keamanan dan fasilitas umum.
“Karena yang pertama, sebagai bagian kita untuk menjaga Jakarta secara bersama-sama. Supaya kejadian ini tidak terulang kembali, maka saya bersama jajaran balik kota memutuskan untuk mengubah Halte Sentral Jakarta ini, menjadi Jaga Jakarta,” ungkap Pramono.
Sebagai pengingat, di halte baru ini dipajang monumen kecil berisi barang-barang yang terbakar saat kericuhan, mulai dari blower, televisi, hingga bongkahan guiding block. Semua ditempatkan dalam lemari kaca agar bisa menjadi pelajaran bagi warga.
Kini, Halte Jaga Jakarta telah dilengkapi dengan fasilitas tambahan seperti mushala, toilet, area khusus pedagang, serta melayani aktivitas penumpang hingga 10 ribu orang per hari.
(Reporter: Ruby Rachmadina | Editor: Faieq Hidayat)
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini