JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah trotoar di kawasan Jalan Muwardi dan Jalan Dr. Susilo, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, kini tak lagi berfungsi sebagaimana mestinya.
Pantauan Kompas.com, trotoar di dua ruas jalan itu digunakan warga untuk berdagang dan memarkir kendaraan, sehingga guiding block bagi pejalan kaki tunanetra tertutup dan tidak dapat digunakan.
Trotoar di sepanjang Jalan Muwardi terlihat dipenuhi lapak pedagang dengan tenda dan gerobak. Trotoar selebar sekitar 2,5 meter yang memiliki guiding block berwarna kuning di tengahnya kini tertutup oleh warung, kursi, meja, dan motor yang diparkir di atasnya.
Baca juga: Kios Dibongkar, Pedagang Pasar Barito Bertahan Buka Lapak di Trotoar
Sebagian pedagang meletakkan gerobak dagangan menempel ke tembok, tetapi area tengah trotoar digunakan sebagai tempat makan bagi pelanggan. Akibatnya, ruang untuk pejalan kaki menyempit dan guiding block kehilangan fungsi utamanya.
Beberapa pedagang tanpa tenda pun tetap memanfaatkan trotoar untuk berjualan, sementara sisa ruangnya digunakan sebagai lahan parkir kendaraan warga dan pekerja.
Motor terparkir tidak beraturan, bahkan sebagian mobil terlihat menempati sisi jalan dan tanjakan trotoar.
Hasil penelusuran Kompas.com, lapak bertenda paling banyak ditemukan di depan rumah warga di sisi Jalan Muwardi. Adapun deretan motor di atas trotoar sebagian besar milik pekerja di bangunan sekitar yang digunakan sebagai kantor atau tempat produksi.
Tim Kompas.com mencoba berjalan sejauh 300 meter di trotoar Jalan Muwardi. Pejalan kaki harus beberapa kali turun ke jalan aspal karena jalur trotoar tertutup lapak dagang dan motor.
Bagi pejalan kaki biasa, kondisi ini sudah menyulitkan, apalagi bagi tunanetra yang bergantung pada guiding block.
Padahal, kendaraan di jalan raya melintas cukup cepat—sekitar 40 kilometer per jam—sehingga berpotensi membahayakan mereka yang terpaksa turun ke badan jalan.
Baca juga: Tiang Monorel Mau Dibongkar, Warga: Lebih Baik Jadi Jalan daripada Trotoar
Kondisi serupa juga terlihat di trotoar Jalan Dr. Susilo. Lebarnya yang kurang dari satu meter membuat ruang bagi pejalan kaki sangat terbatas.
Bangunan di sisi jalan yang mayoritas berupa tempat usaha dan restoran menambah sempit ruang trotoar, karena sebagian tertutup pagar, bagian belakang mobil yang parkir, hingga tumpukan barang dagangan.
Pada beberapa titik, trotoar bahkan tertutup total oleh kendaraan, warung, serta pot tanaman dan tempat sampah yang diletakkan di luar rumah warga. Akibatnya, guiding block kembali tidak bisa diakses.
Selama pengamatan, Kompas.com tidak menemukan pejalan kaki yang menggunakan trotoar tersebut. Sebagian warga lebih memilih berjalan di trotoar seberang jalan, yang lebih lebar dan tidak tertutup kendaraan.
Agus (bukan nama sebenarnya), penjual ketoprak di Jalan Muwardi, mengaku sudah lebih dari tiga tahun berjualan di trotoar itu. Ia tinggal mengontrak di sekitar kawasan bersama istri dan anaknya.
Baca juga: Subadri dan Ularnya Menjaga Trotoar Jakarta dari Pengendara Motor