Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Munir Sara
Tenaga Ahli Anggota DPR RI

Menyelesaiakan Pendidikan S2 dengan konsentrasi kebijakan publik dan saat ini bekerja sebagai tenaga Ahli Anggota DPR RI Komisi XI

Ketika Mesin Industri Tak Lagi Berdentang

Kompas.com - 07/06/2025, 06:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI SUATU pagi dalam grafik statistik, tampaklah sebuah garis. Garis itu tak menanjak, hanya bergelombang pelan—seperti detak jantung yang mulai malas berdetak.

Ia bukan sekadar garis pertumbuhan, tapi seolah guratan nasib yang lelah menanjak. Di sanalah kita temukan angka industri pengolahan. Sektor yang dulu jadi lokomotif pembangunan, kini seperti kereta tua yang merayap di rel karatan.

Pada kuartal pertama 2025, ia hanya tumbuh 4,31 persen (Sumber : BPS). Ini bukan luka yang menganga, tapi sayatan kecil yang perlahan menghapus gairah.

Dari data BPS, industri nonmigas, penjaga bara produktivitas, pun hanya mencatat 4,55 persen. Ini bukan krisis, tapi juga bukan kebangkitan. Ini adalah senyapnya mesin-mesin dalam pabrik yang berdiri, tapi tak lagi bersuara.

Ekonomi kadang bukan soal angka. Ia tentang suasana batin kolektif, tentang irama produksi
yang tak terdengar di koran, tapi terasa di meja makan rumah tangga.

Di wajah buruh yang jam kerjanya dipotong, di manajer produksi yang menunda pembelian mesin baru. Ketika harapan ekonomi melemah, pabrik tetap berdiri, tapi produksinya tanpa jiwa.

Baca juga: Negara Nanggung: Naik Tak Sampai, Turun Tak Rela

Industri manufaktur kita hari ini adalah orkestra yang kehilangan konduktor. Instrumen lengkap, partitur tersedia, tapi tidak ada irama yang menyatukan.

Modal diam, konsumsi lesu, ekspor tersendat. Perekonomian berjalan seperti kapal besar di tengah kabut: perlahan, hati-hati, dan tak pasti apakah ia sedang menuju pelabuhan atau mengelilingi badai.

Dari sudut pandang ekonomi makro, pertumbuhan industri pengolahan adalah cermin dari investasi dan kapasitas produksi nasional. Namun grafik yang kita lihat hari ini, mencerminkan underutilization of capacity—kapasitas produksi ada, tapi tidak terpakai penuh.

Mesin ada, tapi waktu operasional dipangkas. Tenaga kerja tersedia, tetapi pesanan tidak cukup banyak.

Dalam kerangka teori Keynesian, pertumbuhan output sangat ditentukan oleh efektivitas permintaan agregat. Bila konsumsi melambat (4,89 persen), investasi lesu (PMTB hanya 2,12 persen), dan ekspor tidak memberi dorongan penuh, maka industri hanya berputar di tempat. Tak ada sinyal yang cukup kuat untuk menyalakan api produksi.

Sementara dalam teori neoklasik, investor dan produsen akan merespons insentif. Namun tampaknya insentif yang tersedia hari ini—baik fiskal maupun moneter—tak cukup kuat atau tidak menjangkau sektor yang benar.

Industri pengolahan kita terlalu bergantung pada input impor, dan terlalu sedikit melakukan riset teknologi sendiri.

Ekspor barang memang naik di Q1 2025 (6,88 persen), tapi pertumbuhan industri pengolahan tidak ikut melonjak.

Ini adalah gejala disconnect antara sektor luar negeri dan produksi dalam negeri. Banyak ekspor kita bukan dari barang hasil proses bernilai tambah tinggi, melainkan dari komoditas setengah jadi, atau bahkan mentah.

Halaman:


Terkini Lainnya
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
Ekbis
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Ekbis
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Ekbis
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
Ekbis
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
Ekbis
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban  hingga ke Pelosok
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban hingga ke Pelosok
Ekbis
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Ekbis
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Ekbis
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi 'Angin Segar' di Semester II 2025
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi "Angin Segar" di Semester II 2025
Cuan
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Energi
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
Ekbis
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Ekbis
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Ekbis
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
Ekbis
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
Keuangan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau