KOMPAS.com - Direktorat Jenderal Bea Cukai menerapkan audit elektronik (e-audit) sebagai prioritas dalam transformasi digital untuk mengoptimalkan pelaksanaan audit.
Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Bea Cukai Budi Prasetiyo mengungkapkan, e-audit hadir sebagai sebuah sistem yang mengintegrasikan big data, kecerdasan buatan (AI), dan metode analitik untuk pemeriksaan kewajiban kepabeanan yang lebih efisien, akurat, dan menyeluruh.
"Penerapan e-audit diharapkan dapat meningkatkan efisiensi waktu dan biaya, meningkatkan akurasi dan ketepatan pengolahan data, serta pengambilan keputusan yang lebih cepat berdasarkan data," ujarnya dalam siaran pers, Senin (11/8/2025).
Budi menyebutkan, e-audit merupakan bagian dari inisiatif strategis Bea Cukai periode 2019-2024. Inovasi ini dilakukan untuk mengantisipasi meningkatnya volume dan kompleksitas perdagangan internasional, keterbatasan sumber daya audit, serta tuntutan efektivitas pengawasan berbasis data.
"Selain itu, adanya target penerimaan 2025 sebesar Rp 2,5 triliun dan peningkatan audit coverage ratio menjadi beberapa alasan terbentuknya e-audit,” jelasnya.
Baca juga: Bea Cukai Ungkap Peredaran Rokok Ilegal di Banyuwangi Capai Rp 2,5 M
Sebagai langkah penerapan e-audit yang menyeluruh, Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai menyelenggarakan sosialisasi dan asistensi e-audit secara hibrida di Pusdiklat Bea Cukai pada 30–31 Juli 2025.
Sosialisasi itu dihadiri perwakilan dari Kantor Wilayah (Kanwil) Bea Cukai Sumatera Utara, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY, serta Jawa Timur I.
Agenda tersebut menjadi salah satu rangkaian kegiatan dalam linimasa pengembangan e-audit di 2025 kepada satuan kerja Bea Cukai.
Budi mengimbau seluruh stakeholder dan auditee agar berpartisipasi terhadap implementasi e-audit.
Untuk diketahui, e-audit adalah audit kepabeanan yang dilakukan secara lengkap dan menyeluruh terhadap pemenuhan kewajiban kepabeanan. Proses ini menggunakan metode analisis, evaluasi, dan pengujian yang dibantu perangkat teknologi informasi.
Sistem serupa telah diterapkan di beberapa negara, seperti Singapura, Tiongkok, dan Brasil, yang menempatkan big data dan AI sebagai basis audit kepabeanan negaranya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini