JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Jakarta menyatakan komitmennya untuk terus mendorong penerapan transaksi non tunai di pasar tradisional di Jakarta.
Direktur Utama Bank Jakarta, Agus H. Widodo menyatakan, perseroan memandang digitalisasi pasar tradisional sebagai bagian dari transformasi ekosistem keuangan Jakarta.
Upaya ini, kata dia, tidak hanya dilakukan dengan menghadirkan kemudahan transaksi melalui QRIS dan EDC, tetapi juga membuka akses yang lebih luas bagi para pelaku UMKM untuk masuk dalam sistem keuangan formal.
Baca juga: Rebranding Jadi Bank Jakarta, Bank DKI Raup Laba Bersih Rp 421,18 Miliar Per Juni 2025
"Bank Jakarta berkomitmen menjadikan digitalisasi sebagai fondasi pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang berkelanjutan,” ujar Agus dalam siaran pers, Kamis (21/8/2025).
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan Bank Jakarta, Arie Rinaldi, menyampaikan bahwa perseroan akan terus meningkatkan kolaborasi dengan Pasar Jaya serta mendorong digitalisasi pasar ke depannya.
“Kami meyakini digitalisasi pasar akan berdampak positif terhadap pemberdayaan UMKM dan akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,” sebut Arie.
Atas upayanya mendorong digitalisasi transaksi di pasar tradisional, Bank Jakarta meraih penghargaan Mitra Perbankan dan Mitra Bank Literasi Keuangan pada ajang Lomba Digitalisasi Pasar yang turut diikuti BCA, Bank Mandiri, BRI, dan BNI.
Baca juga: Bank Jakarta Dukung Digitalisasi Pasar di Jakarta, Ini yang Dilakukan
Lomba Digitalisasi Pasar dilakukan secara kolaboratif antara Pemprov Jakarta, Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pasar Jaya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta Bank Indonesia (BI) yang bertujuan untuk mendorong pasar tradisional beralih ke sistem pembayaran digital demi menciptakan transaksi yang lebih cepat, aman, dan transparan.
Sebagai informasi, dari 153 pasar yang dikelola Perumda Pasar Jaya, sebanyak 20 pasar tradisional dijadikan lokasi percontohan. Pasar-pasar tersebut dipilih secara acak dengan mempertimbangkan klasifikasi (kelas A, B, dan C) serta jumlah tempat usaha yang aktif.