Pasalnya, beras yang sudah berbulan-bulan tersimpan itu disebut tidak lagi layak konsumsi karena kehilangan kesegarannya dan bahkan ditemukan sudah berkutu.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Ketua Komisi IV DPR RI, Titiek Soeharto, dalam rapat kerja bersama Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman di Kompleks DPR/MPR, Jakarta, pada Rabu (2/7/2025).
Titiek mengungkapkan, kondisi beras impor yang masih menumpuk di gudang Bulog membuatnya prihatin. Ia menyebut, sebagian beras yang didatangkan sejak 10 bulan lalu hingga kini belum tersalurkan ke pasar.
Baca juga: Harga Beras Naik, DPR Minta Bulog Segera Gelontorkan Stok
Menurutnya, jika beras impor tersebut terlalu lama dibiarkan di gudang dan tidak segera disalurkan melalui program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP), maka komoditas pokok itu sudah tidak layak lagi untuk dikonsumsi masyarakat.
“Saya rasa tidak aman (dikonsumsi) ya Pak Menteri, karena kalau beras itu sudah terlalu lama disimpan di gudang, itu kami lihat sendiri sudah ada kutunya,” ujar Titiek.
“Walaupun kutu bukan kutu hitam, kutu putih, tapi tetap saja itu bukan beras yang fresh, kalah terlalu lama disimpan. Kalau import masuknya bulan 10, berarti sudah 10 bulan ada di gudang, dari 10 bulan, mungkin hampir setahun,” paparnya.
Titiek juga menyoroti langkah Bulog yang disebut telah melakukan penyemprotan untuk mengatasi hama gudang. Namun, ia menegaskan, metode tersebut tidak sepenuhnya efektif karena tidak semua kutu bisa diberantas hanya dengan obat semprot.
“Walaupun setiap kali kami tanya, selalu bilang sudah ada obatan penyemprotan. Itu kan disemprot di luarnya saja itu tumpukan yang sampai setinggi platform itu, yang tengah-tengah kan tidak dapat kesemprot,” bebernya.
Baca juga: Klaim Harga Beras Turun, Mentan Amran Gencarkan Distribusi SPHP Bulog
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini