JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah gempuran baja impor murah, terutama dari China, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) memilih fokus pada kualitas dan kepuasan pelanggan.
Krakatau Steel menyatakan, baja nasional tak kalah dengan produk impor.
Selama tiga tahun terakhir, skor Customer Satisfaction Index (CSI) KRAS stabil berada di kategori "puas". Pada 2023, skor CSI melonjak menjadi 5,39, yang mengarah ke kategori "sangat puas".
Baca juga: Krakatau Steel (KRAS) Pacu Ekspor Baja Lapis
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) mengekspor 11.600 ton baja canai panas (Hot Rolled Coil/HRC) ke Italia dan Spanyol. Pengiriman ini dilakukan melalui Krakatau International Port, Cilegon.Ini bukan hanya melampaui standar industri, tetapi juga menembus target internal sebesar 4,6.
"Kepuasan pelanggan yang konsisten menjadi indikator kuat bahwa baja Krakatau Steel mampu memenuhi standar internasional, meskipun harga baja impor lebih murah 5 sampai 10 persen," tulis perseroan dalam keterangannya, Sabtu (30/8/2025).
Namun, risiko baja impor yang gagal lolos uji mutu lokal sering kali memicu keterlambatan proyek dan biaya tambahan yang tidak terlihat di awal.
Meski baja impor lebih murah, banyak proyek besar yang menghadapi masalah kualitas dan keterlambatan. Di sinilah Krakatau Steel melihat peluang.
Baca juga: Harga Saham KRAS Meroket hingga Kena Suspensi, Ini Penjelasan Direksi
"Bagi kontraktor, kepastian kualitas lebih penting ketimbang harga murah, karena dalam jangka panjang, baja berkualitas menghemat biaya perawatan dan kerugian yang diakibatkan oleh bahan yang tidak memenuhi standar," ungkap perseroan.
Indeks kepuasan pelanggan Krakatau Steel mencapai 82 persen, naik dari tahun sebelumnya, dan ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu menjaga hubungan baik dengan pelanggannya.
Selain itu, Krakatau Steel juga memperluas layanan dengan menawarkan konsultasi teknis dan layanan purna jual proaktif, bukan sekadar menjual baja.
Meski menghadapi tantangan finansial, 2025 bisa menjadi momen krusial bagi Krakatau Steel.