KOMPAS.com - Selama ini banyak orang yang mengira bahwa Sri Mulyani Indrawati adalah Menteri Keuangan Indonesia terlama sepanjang sejarah.
Sri Mulyani pertama kali dipercaya sebagai Menteri Keuangan pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) periode 2005–2010.
Setelah sempat meninggalkan kabinet dan menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia di Amerika Serikat (AS), ia kembali dipanggil Presiden Joko Widodo pada 2016 dan terus mengemban jabatan tersebut hingga akhir masa pemerintahan Jokowi pada 2024.
Pergantian kepemimpinan tidak membuat posisi Sri Mulyani tergeser. Di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang terpilih dari Pilpres 2024, ia kembali dipercaya sebagai bendahara negara.
Jika dihitung, total masa jabatannya sebagai Menteri Keuangan telah mencapai 13 tahun, menjadikannya pembantu presiden di bidang keuangan bagi tiga kepala negara berbeda.
Baca juga: Sri Mulyani Diterpa Isu Mundur, Ekonom Ingatkan Risiko Guncangan Pasar
Meski demikian, catatan panjang Sri Mulyani masih belum melampaui rekor Ali Wardhana, Menteri Keuangan terlama dalam sejarah Indonesia.
Mengutip laman Kemenko Perekonomian, Ali Wardhana yang juga pernah menjabat sebagai Menko Ekonomi ini lahir di Solo, Jawa Tengah, pada 6 Mei 1928.
Usianya terbilang panjang. Ali Wardhana wafat di Jakarta pada 14 September 2015 di usia 87 tahun. Ia menjabat sebagai Menteri Keuangan sejak 1968, di awal pemerintahan Presiden Soeharto, hingga 1983.
Total, ia menduduki kursi tersebut selama 15 tahun. Setelah itu, Ali masih dipercaya Soeharto sebagai Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, Industri, dan Pengawasan Pembangunan periode 1983–1988.
Latar belakang akademiknya turut memperkuat reputasi. Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1958 ini melanjutkan studi ke University of California, Berkeley, dan meraih gelar doktor ekonomi pada 1962.
Baca juga: Kantor Sri Mulyani Dijaga TNI AU
Sebagai Menteri Keuangan, Ali Wardhana dikenal sebagai arsitek utama stabilisasi ekonomi pasca-hiperinflasi 1960-an atau di masa awal rezim Orde Baru.
Salah satu keberhasilan besarnya adalah memangkas inflasi dari level 650 persen pada 1966 menjadi sekitar 20 persen dengan menerapkan kebijakan anggaran berimbang.
Tak hanya itu, Ali juga menggulirkan kebijakan devaluasi rupiah pada 1977 dan 1978, merapikan sistem bea masuk, serta melakukan pemberantasan penyelundupan.
Langkah-langkah tersebut membuatnya disegani sebagai bagian dari kelompok teknokrat yang populer dengan sebutan "Mafia Berkeley", yang berperan besar dalam membangun fondasi pertumbuhan ekonomi era Orde Baru.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini