KOMPAS.com – Isu soal Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mundur dari Kabinet Merah Putih belakangan ramai diperbincangkan. Kabar tersebut merebak di tengah maraknya aksi demonstrasi yang terjadi di sejumlah daerah Indonesia.
Spekulasi semakin menguat setelah muncul informasi mengenai pertemuan Sri Mulyani dengan Presiden Prabowo Subianto di kediamannya di Hambalang, Bogor. Pertemuan itu kemudian dikaitkan dengan dugaan rencana pengunduran dirinya.
Di sisi lain, isu mengenai mundurnya Sri Mulyani juga semakin menguat seiring beredarnya narasi yang menyudutkannya. Salah satunya adalah tuduhan bahwa ia menyebut guru sebagai beban negara.
Belakangan, pernyataan tersebut terbukti hoaks dan berasal dari konten deepfake. Tak berhenti sampai di situ, kediaman pribadi Sri Mulyani di kawasan Bintaro juga menjadi sasaran massa.
Insiden penjarahan dilaporkan terjadi dalam dua kali gelombang, yakni sekitar pukul 01.00 WIB dan kembali berulang sekitar pukul 03.00 WIB. Sejumlah barang pribadi miliknya pun ikut raib.
Baca juga: Rumahnya Dijarah, Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf...
Sebagai informasi, Sri Mulyani menjabat sebagai Menteri Keuangan sejak lama. Ia pernah menjadi bendahara negara di era pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2005-2010.
Di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Sri Mulyani kembali menjabat sebagai Menteri Keuangan sejak 2016 sampai dengan berakhirnya masa pemerintahan Jokowi pada 2024.
Meski pemerintahan berganti, posisi Sri Mulyani tak tergantikan. Ia kembali menjabat sebagai orang nomor satu di Kementerian Keuangan di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Total bila dihitung, Sri Mulyani menjabat sebagai Menkeu selama 13 tahun. Ia menjadi pembantu keuangan bagi 3 Presiden RI sekaligus.
Namun dengan jabatan Menkeu yang mencapai 13 tahun, Sri Mulyani bukanlah Menteri Keuangan terlama. Jabatan Menteri Keuangan Indonesia terlama adalah Ali Wardhana.
Baca juga: Sri Mulyani Diterpa Isu Mundur, Ekonom Ingatkan Risiko Guncangan Pasar
Mengutip laman Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Ali Wardhana lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 6 Mei 1928. Ia meninggal di Jakarta, pada tanggal 14 September 2015 di umur 87 tahun.
Ali Wardhana adalah salah satu anggota penasehat perekonomian Orde Baru dan pernah menjabat sebagai Menteri Utama Bidang Ekonomi, Keuangan, Industri, dan Pengawasan Pembangunan, selama 5 tahun, yaitu antara tahun 1983-1988.
Ia menjabat sebagai Menkeu sejak tahun 1968 atau periode awal pemerintahan Presiden Soeharto, sampai dengan tahun 1983. Artinya, jabatan Menkeu diemban Ali Wardhana selama kurun waktu 15 tahun.
Pasca-lengser dari posisi Menkeu, ia masih dipercaya Soeharto sebagai anggota kabinet. Pada tahun 1983 sampai dengan 1988, ia ditugasi Soeharto menjabat Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, Industri dan Pengawasan Pembangunan.
Baca juga: Kantor Sri Mulyani Dijaga TNI AU
Ali Wardhana merupakan lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI) tahun 1958. Perjalanannya berlanjut hingga ke Amerika Serikat, tepatnya di University of California, Berkeley, di mana ia berhasil meraih gelar doktor (Ph.D) bidang ekonomi pada 1962.
Sebagai Menteri Keuangan dengan masa jabatan terlama, Ali meninggalkan jejak penting dalam sejarah ekonomi Indonesia. Salah satu pencapaiannya yang paling monumental adalah menekan tingkat inflasi yang sempat melonjak hingga 650 persen, menjadi hanya sekitar 20 persen melalui penerapan kebijakan anggaran berimbang.
Tidak hanya itu, Ali juga tercatat melakukan kebijakan devaluasi rupiah pada 1977 dan 1978, menata kembali sistem bea masuk, serta mengambil langkah tegas dalam pemberantasan praktik penyelundupan.
Kiprahnya membuatnya dikenal sebagai bagian dari kelompok teknokrat yang dijuluki "Mafia Berkeley," yang punya peran besar dalam stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi di era Orde Baru.
Baca juga: Profil Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa, Bos LPS yang Gantikan Sri Mulyani
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini