JAKARTA, KOMPAS.com – Indonesia tengah memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik, tapi juga sebagai produk ekspor energi terbarukan. Salah satunya adalah proyek ekspor listrik energi terbarukan 3,4 GW ke Singapura, yang dinilai berpotensi memperkuat rantai pasok dalam negeri sekaligus meningkatkan daya saing industri.
Analis Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan IESR, Alvin Putra Sisdwinugraha, menjelaskan sebagian besar proyek ini dapat menggunakan komponen dalam negeri dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) 60 persen.
“Proyek ekspor ini bisa menjadi peluang besar bagi penguatan industri domestik. Namun, pemerintah perlu menetapkan dasar hukum yang jelas untuk menegaskan peran PLN dalam proyek tersebut,” ujar Alvin dalam Media Briefing Indonesia Solar Summit (ISS) 2025, Selasa (2/9/2025), melalui keterangan pers.
Baca juga: RI-Singapura Perkuat Sinergi Dagang, Fokus Pemberdayaan UMKM Perempuan dan Ekonomi Hijau
Menurut Alvin, tren PLTS captive di sektor industri juga menunjukkan peran strategis energi surya dalam meningkatkan daya saing. Sejak 2017, wilayah usaha untuk PLTS captive meningkat tiga kali lipat, yang menjadi peluang besar bagi industri Indonesia memasang sistem PLTS sendiri.
Di sisi rantai pasok, Indonesia memiliki kapasitas produksi modul surya hingga 11,7 GWp per tahun. Meski demikian, penyerapan pasar domestik masih terbatas, dan harga modul lokal tercatat 30–40 persen lebih mahal dibanding impor.
Alvin menekankan bahwa permintaan domestik yang konsisten serta insentif pemerintah menjadi kunci agar investasi pada rantai pasok tetap menarik sekaligus melindungi industri lokal.
Baca juga: PLN Nusantara Power Gandeng Perusahaan Singapura Kaji Pembangunan PLTN di Babel
Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan IESR, Marlistya Citraningrum, menambahkan, momentum ekspor PLTS ke Singapura harus dimanfaatkan tidak hanya oleh industri besar, tetapi juga menjangkau rumah tangga, UMKM, sekolah, dan pesantren agar manfaat energi hijau lebih merata.
Sebagai informasi, Indonesia Solar Summit 2025 yang akan digelar pada 11 September mendatang menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mempercepat integrasi energi surya sebagai pilar transisi energi berkelanjutan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi melalui inovasi dan investasi.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini