JAKARTA, KOMPAS.com – Sejumlah lembaga pemikir independen memperkirakan kerugian akibat aksi demonstrasi yang terjadi sejak Kamis (28/8/2025) mencapai triliunan rupiah.
Aksi ini mencerminkan keresahan publik atas isu transparansi, keadilan sosial, dan kebijakan publik yang dianggap belum sepenuhnya menjawab kebutuhan masyarakat.
Prasasti Center for Policy Studies menaksir kerugian material mencapai Rp 1,2 triliun. Perhitungan itu hanya mencakup kerusakan infrastruktur seperti halte, kantor DPR dan DPRD, kantor kepolisian, serta sarana transportasi publik.
Baca juga: Indonesia Disarankan Tiru Negara Nordik, Data Pajak Pejabat Bisa Dilihat Publik
Dampak immaterial seperti penurunan produktivitas masyarakat tidak dimasukkan karena sulit diukur. Kerugian kendaraan milik masyarakat maupun pemerintah juga tidak dihitung lantaran belum ada data resmi.
" Kami memperkirakan kerugian atas peristiwa ini mencapai Rp 1,2 triliun," ujar Research Director Prasasti, Gundy Cahyadi, dalam keterangan tertulis, Kamis (4/9/2025).
Selain itu, aksi demonstrasi juga memicu keluarnya modal asing dari pasar saham. Dari sebelumnya surplus Rp 731 miliar, berubah menjadi capital outflow Rp 1,1 triliun.
Perubahan itu tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun dari 7.952 pada Kamis (28/8/2025) menjadi 7.830 pada Jumat (29/8/2025).
"Capital outflow sebesar Rp 1,1 triliun itu menunjukkan adanya reaksi dari para pelaku pasar terhadap dinamika sosial-politik yang berlangsung," ucap Gundy.
Center of Economics and Law Studies (Celios) memberi perkiraan lebih besar, antara Rp 8,1 triliun sampai Rp 9 triliun.
Baca juga: OJK Permudah Pembiayaan hingga Restrukturisasi Pinjaman UMKM Terdampak Demo
Kerugian itu dihitung dari perputaran uang di sektor usaha dan jasa di Jakarta yang terganggu selama aksi.
"Kan banyak toko yang tutup ketika demo, banyak usaha yang menutup lebih cepat. Mall dan tenant-nya juga banyak yang tutup lebih cepat. Makanya kerugiannya secara ekonomi makro," kata perwakilan Celios.