Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Isu PHK Massal di Pabrik Rokok Gudang Garam

Kompas.com - 06/09/2025, 12:04 WIB
Suparjo Ramalan ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Media sosial ramai dengan kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang terjadi di pabrik rokok PT Gudang Garam, Tuban, Jawa Timur.

Lewat video pendek, suasana perpisahan para pekerja yang terdampak PHK menyebar luas dan memicu gelombang keprihatinan publik.

Dalam video yang beredar, tampak puluhan karyawan saling berjabat tangan.

Suasana haru dan kesedihan menyelimuti momen perpisahan itu, menggambarkan betapa berat dampak PHK massal bagi para pekerja.

Baca juga: Kala Saham Gudang Garam (GGRM) Tak Lagi Perkasa di Bursa...

Respons warganet

Sedih juga melihat PHK massal pegawai PT Gudang Garam. Dunia kerja sedang tidak baik-baik saja," tulis akun @yusufmuhammad yang dikutip pada Sabtu (6/9/2025).

Menurutnya, dampak PHK tidak hanya berhenti pada pekerja yang kehilangan pekerjaan, tetapi juga menyentuh nasib keluarga mereka.

Ia pun menyinggung janji pemerintah soal penyediaan lapangan kerja.

"Sejatinya di balik mereka yang di PHK ada keluarga, anak, dan istri. Semoga ada solusi terbaik dari pemerintah. 19 juta lapangan kerja, apa kabar?" lanjut akun @yusufmuhammad.

Ungkapan serupa datang dari warganet lainnya.

Mereka menyebut kondisi ekonomi nasional tengah berada dalam situasi yang memprihatinkan hingga perusahaan besar pun tidak luput dari tekanan.

"Ga kebayang perusahaan sebesar Gudang Garam yang notabene perusahaan produksi rokok, di mana yang kita tahu tingkat penjualan rokok sangat tinggi, masih bisa melakukan PHK. Tolong," tulis akun @dahaalaeka.

Fenomena ini menambah deretan kasus PHK massal yang marak terjadi di berbagai sektor dalam beberapa waktu terakhir.

Publik pun berharap ada langkah nyata pemerintah untuk menjaga stabilitas lapangan kerja dan memberikan solusi bagi para pekerja terdampak.

Hingga artikel ini tayang, pihak Gudang Garam belum memberikan pernyataan resmi terkait kabar PHK tersebut.

Baca juga: Berapa Harga 1 Lot Saham Gudang Garam?

Laba anjlok

PT Gudang Garam Tbk merupakan emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode (GGRM).

Berdasarkan laporan keuangan yang dikutip dari keterbukaan informasi BEI, Gudang Garam mencatat laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hanya Rp 117,16 miliar pada semester I 2025.

Angka ini anjlok 87,34 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 925,5 miliar.

Penurunan laba tersebut disebabkan GGRM hanya meraup pendapatan Rp 44,36 triliun para paruh pertama 2025 ini. Angka itu turun 11,4 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 50,01 triliun.

Kemudian pendapatan lainnya turun jadi Rp 148,7 miliar dari sebelumnya Rp 171,76 miliar. Sementara itu, beban lainnya malah naik jadi Rp 2,3 miliar, dan perusahaan membukukan rugi kurs Rp 1,7 miliar dari sebelumnya mencatat laba Rp 39,3 miliar.

Adapun laba kotor GGRM mencapi Rp 3,7 triliun hingga Juni 2025. Angka ini turun dari Juni 2024 yang Rp 5,06 triliun.

Laba usaha Gudang Garam hingga semester pertama juga turun cukup dalam menjadi Rp 513,7 miliar dari Juni 2024 yang sebesar Rp 1,613 triliun.

Update: Perusahaan Mitra PT Gudang Garam di Tuban Bantah PHK Massal Karyawan

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Energi
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Cuan
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Ekbis
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Keuangan
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Energi
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Ekbis
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
Ekbis
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ekbis
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
Cuan
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Ekbis
Daftar Menteri yang Diganti Prabowo: dari Sri Mulyani hingga Budi Arie
Daftar Menteri yang Diganti Prabowo: dari Sri Mulyani hingga Budi Arie
Ekbis
Bumi Aki Raih Penghargaan di SIAL Shenzhen 2025
Bumi Aki Raih Penghargaan di SIAL Shenzhen 2025
Ekbis
Digitalisasi Data Kependudukan Perkuat Ekonomi dan Inklusi Keuangan
Digitalisasi Data Kependudukan Perkuat Ekonomi dan Inklusi Keuangan
Ekbis
Gantikan Sri Mulyani Jadi Menkeu, Purbaya: Pesan Presiden adalah Balik Arah Ekonomi!
Gantikan Sri Mulyani Jadi Menkeu, Purbaya: Pesan Presiden adalah Balik Arah Ekonomi!
Ekbis
Proyek LRT Tahap I Tinggalkan Utang Rp 2,2 Triliun, Adhi Karya Tungggu Pembayaran
Proyek LRT Tahap I Tinggalkan Utang Rp 2,2 Triliun, Adhi Karya Tungggu Pembayaran
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau