Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Pemilik Gudang Garam, Raksasa Rokok asal Kediri?

Kompas.com - 23/06/2025, 10:40 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - PT Gudang Garam Tbk tengah dalam kondisi sulit. Meski tidak sampai merugi, perusahaan ini mengalami penurunan laba sangat signifikan.

Pada tahun 2023, perusahaan rokok yang berbasis di Kediri ini sanggup mencetak laba hingga Rp 5,32 triliun. Namun di tahun 2024, perolehan keuntungan perusahaan anjlok sangat drastis, yakni Rp 980,8 miliar atau turun 81,57 persen.

Beban cukai rokok yang terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun hingga maraknya rokok ilegal, membuat perusahaan rokok besar tak lagi sejaya dulu.

Kondisi perusahaan juga bisa tampak dari harga sahamnya. Sebelum tahun 2020, saham Gudang Garam diperdagangkan di harga nyaris Rp 90.000 per saham, kini pada 2025, harga saham GGRM berada di level Rp 9.000-an.

Pemilik Gudang Garam

Untuk diketahui saja, pemilik PT Gudang Garam Tbk adalah Keluarga Wonowidjodjo melalui perusahaan investasinya, PT Suryaduta Investama.

Di Gudang Garam sebagaimana dilihat di laman resminya, PT Suryaduta Investama menguasai 69,29 persen saham alias menjadi pengendali saham di perusahaan dengan kode emiten GGRM ini.

Baca juga: Saham Gudang Garam: Dulu Rekor Rp 80.000-an, Kini Nyungsep Rp 9.000-an

PT Suryaduta Investama adalah perusahaan induk (holding company) dari Gudang Garam. Pemegang saham utama di perusahaan ini adalah konglomerat Susilo Wonowidjojo.

Gudang Garam sendiri merupakan perusahaan rokok tua yang didirikan Surya Wonowidjoyo pada tahun 1958, dan kini dimiliki oleh anaknya atau generasi kedua, yakni Susilo Wonowidjojo.

Selain kepemilikan saham melalui holding PT Suryaduta Investama, Susilo Wonowidjojo juga tercatat sebagai pemilik PT Gudang Garam Tbk dengan kepemlikan langsung atas namanya sendiri, dengan persentase 0,09 persen.

Anggota Keluarga Wonowidjojo lain, yakni Juni Setiawati Wonowidjojo, juga menjadi pemilik Gudang Garam dengan persentase saham sebesar 0,58 persen.

Juni Setiawati Wonowidjojo saat ini menjadi komisaris utama di perusahaan milik keluarganya itu. Namanya juga tercatat sebagai salah satu wanita terkaya di Indonesia.

Saudara Susilo Wonowidjojo ini juga banyak berinvestasi di sejumlah perusahaan. Sosok Juni Setiawati Wonowidjodjo tercatat menjadi pemegang saham terbesar keenam di PT Antam Tbk.

Selain Keluarga Wonowidjojo, pemilik PT Gudang Garam Tbk lain dengan saham cukup dominan adalah Lucas Mulia Suhardja, PT Suryamitra Kusuma dengan persentase 6,26 persen, dan lainnya termasuk kepemilikan publik sebesar 23,78 persen.

Baca juga: Gudang Garam Setop Beli Tembakau Temanggung, Apa Dampaknya ke Petani?

Anjloknya saham Gudang Garam

Dikutip dari data transaksi saham di BEI, harga saham Gudang Garam pada perdagangan terakhir, yakni hari ini Senin 23 Juni 2025, tercatat sebesar Rp 8.675 atau turun Rp 425 dibanding perdagangan hari Jumat lalu.

Harga saham Gudang Garam ini sangat berbanding terbalik dengan kinerja sahamnya pada beberapa tahun sebelumnya. Pada awal tahun 2019, harga saham GGRM berada di level Rp 80.000-an.

Misalnya saja pada minggu pertama April 2019, harga saham Gudang Garam tercatat sebesar Rp 83.650 atau hampir menyentuh Rp 90.000 per lembarnya.

Di masa kejayaan industri rokok ini, saham-saham perusahaan rokok, termasuk Gudang Garam, masuk dalam deretan saham dengan harga tertinggi yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

Harga saham Gudang Garam ini memang terus mengalami penurunan tajam; misalnya, pada pengujung tahun 2024, saham GGRM dijual di level Rp 13.275 per lembar pada perdagangan 30 Desember 2024.

Bahkan pada 8 April 2025, harga saham Gudang Garam pernah menyentuh harga terendah sepanjang 2025, yakni seharga Rp 8.675. Sementara persis setahun lalu, saham GGRM dijual di harga Rp 18.550.

Baca juga: Bisnis Jalan Tol Gudang Garam dan Lesunya Bisnis Rokok

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
BPJS Ketenagakerjaan Buka Rekrutmen, Cek Syarat dan Posisinya
BPJS Ketenagakerjaan Buka Rekrutmen, Cek Syarat dan Posisinya
Karier
Wujudkan Swasembada Pangan, Harfia Gelar Temu Tani dan Pelatihan Traktor HTR-855 di Palangkaraya
Wujudkan Swasembada Pangan, Harfia Gelar Temu Tani dan Pelatihan Traktor HTR-855 di Palangkaraya
Ekbis
Gandeng Naoyoshi, Lovina Beach Brewery (STRK) Bakal Masuk ke Pasar Jepang
Gandeng Naoyoshi, Lovina Beach Brewery (STRK) Bakal Masuk ke Pasar Jepang
Ekbis
70 Persen Alkes Masih Impor, Indonesia Genjot Produksi Dalam Negeri
70 Persen Alkes Masih Impor, Indonesia Genjot Produksi Dalam Negeri
Ekbis
Wamendag Sebut Implementasi Perjanjian IC-CEPA Bikin Nilai Perdagangan dengan Cille Naik
Wamendag Sebut Implementasi Perjanjian IC-CEPA Bikin Nilai Perdagangan dengan Cille Naik
Ekbis
Sarana Menara Nusantara (TOWR) Bongkar Strategi Genjot Pendapatan
Sarana Menara Nusantara (TOWR) Bongkar Strategi Genjot Pendapatan
Industri
RI Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi: Bisa Dipakai Bayi, Harga Mulai Rp 300 Juta
RI Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi: Bisa Dipakai Bayi, Harga Mulai Rp 300 Juta
Industri
Ekspor China ke AS Anjlok 33 Persen, Pertumbuhan Perdagangan Melambat
Ekspor China ke AS Anjlok 33 Persen, Pertumbuhan Perdagangan Melambat
Ekbis
Jangan Tertipu! OJK Tegaskan Pemutihan Pinjaman Online Hoaks
Jangan Tertipu! OJK Tegaskan Pemutihan Pinjaman Online Hoaks
Ekbis
Tekan Impor, RI Kini Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi Sendiri
Tekan Impor, RI Kini Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi Sendiri
Industri
Ternyata Ini 6 Penyebab Gen Z dan Milenial Sulit Menabung Menurut Pakar
Ternyata Ini 6 Penyebab Gen Z dan Milenial Sulit Menabung Menurut Pakar
Keuangan
Kata KCI Soal KRL Sempat Tertahan di Stasiun Jatinegara dan Manggarai pada Minggu Malam
Kata KCI Soal KRL Sempat Tertahan di Stasiun Jatinegara dan Manggarai pada Minggu Malam
Ekbis
Prediksi Harga iPhone 17 Pro Max, Air, dan Seri Lainnya
Prediksi Harga iPhone 17 Pro Max, Air, dan Seri Lainnya
Belanja
Mengoreksi Budidaya, Menopang Ekstensifikasi, Mengejar Swasembada Gula
Mengoreksi Budidaya, Menopang Ekstensifikasi, Mengejar Swasembada Gula
Ekbis
Pertumbuhan Ekonomi Jepang 2,2 Persen, tapi Ekspor Turun
Pertumbuhan Ekonomi Jepang 2,2 Persen, tapi Ekspor Turun
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau