JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak peluncurannya pada Mei 2025, Suzuki Fronx telah mencuri perhatian banyak pencinta compact crossover.
Salah satu penggunanya, Briano Kawenang atau yang akrab disapa Den Dimas, berbagi pengalamannya setelah menempuh jarak 3.000 kilometer dengan mobil tersebut.
Baca juga: Pemerintah Dorong Ekspansi Industri Otomotif Nasional ke Pasar Meksiko
Dimas, yang berdomisili di Jakarta, mengungkapkan bahwa ia telah menggunakan Fronx selama lebih dari tiga bulan sebagai kendaraan sehari-hari.
Suzuki Fronx milik Den DimasMenurut Dimas, alasan utama memilih Suzuki Fronx adalah kombinasi antara desain yang menarik dan pengalaman positif yang didapatkan dari produk Suzuki sebelumnya.
"Saya suka desainnya, suka sama model crossover. Sebelumnya sudah pernah pakai Suzuki Jimny dan ternyata biaya perawatan Suzuki itu murah banget," kata Dimas saat dihubungi oleh Kompas.com pada Senin (13/10/2025).
Selama penggunaan mobil ini, Dimas merasakan bahwa Fronx cukup efisien.
Ia mencatat konsumsi bahan bakar berkisar antara 12-13 kilometer per liter dalam penggunaan sehari-hari di Jakarta.
Namun, yang lebih menarik perhatian Dimas adalah kenyamanan yang ditawarkan oleh kabin dan posisi duduk. "Dua hal paling kerasa banget, pertama driving position-nya enak. Jok depannya nyaman, busanya tebal. Dibanding Jimny dan S-Presso, ini super duper enak," ujarnya.
Suzuki Fronx SGXDimas juga mengapresiasi radius putar Fronx yang terbilang kecil untuk ukuran mobil crossover.
Hal ini memudahkan aktivitas sehari-harinya, terutama dalam manuver di area perkotaan. "Radius putarnya beneran kecil, untuk ukuran mobil segitu radius putar ini bagus banget. Kalau dipakai selap selip di gang kecil itu kepakai banget. Enggak susah putar balik," lanjutnya.
Meskipun Dimas merasa puas secara keseluruhan, ia tidak menutup mata terhadap beberapa kekurangan yang ditemuinya selama pemakaian.
Baca juga: Bus Baru PO Melody Transport, Jetbus 5 SHD dengan Fasilitas Mewah
Salah satunya adalah kesulitan untuk terhubung dengan Apple CarPlay. "Kekurangan yang saya rasakan, Apple CarPlay kadang masih sulit terhubung. Terus kualitas kamera 360 mungkin bisa lebih bagus untuk di harga mobil Rp 300 jutaan," kata Dimas.
Ia juga menyoroti transmisi yang dinilai kurang halus saat berpindah gigi. "Sama perpindahan transmisi otomatis juga harusnya bisa lebih halus lagi," tambahnya.
Dimas juga memberikan catatan pada desain pintu bagasi. "Bibir pintu bagasinya lumayan tinggi. Jadi kalau angkat barang berat agak berasa. Tapi sisi positifnya, bagasinya jadi lebih pendek, jadi kalau buka bagasi di tempat yang sempit bisa lebih mudah," ungkapnya.