Doa bersama dilakukan di bawah Tugu Dwikora, Alun-Alun Nunukan, diikuti oleh seluruh unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), instansi vertikal, tokoh adat, tokoh agama, pemuda, dan pelajar.
Bupati Nunukan, Irwan Sabri, mengatakan bahwa doa bersama digelar di bawah Tugu Dwikora untuk mengingatkan kembali esensi perjuangan para pahlawan dalam menjaga persatuan dan kesatuan di bawah semboyan Bhineka Tunggal Ika.
"Sebagai daerah perbatasan yang penuh keberagaman, kita harus menjadikan momentum ini sebagai pengingat betapa pentingnya menjaga kerukunan, menguatkan persatuan, dan agar tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang dapat memecah belah masyarakat," ujarnya.
Tugu Dwikora menjadi refleksi bagi semua masyarakat perbatasan RI – Malaysia, bahwa operasi Dwikora melibatkan propaganda, infiltrasi, sabotase, dan pembentukan kantong-kantong gerilya di wilayah perbatasan.
Salah satu isi dari Dwikora adalah menjaga dan memperkuat pertahanan serta semangat revolusi Indonesia.
Beberapa waktu lalu, kata Irwan, Pemda Nunukan bersama Forkopimda telah melaksanakan rapat yang membahas langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi aksi radikal, provokasi, serta potensi kerusuhan yang bisa terjadi.
Dalam rapat itu, disampaikan beberapa hal penting, di antaranya, Pemerintah daerah menindaklanjuti arahan Presiden RI untuk menjaga kondusivitas daerah, mengamankan fasilitas pemerintahan, fasilitas umum, dan infrastruktur.
Aparat keamanan menekankan pentingnya pendekatan humanis, dialog terbuka, dan patroli bersama untuk menjaga ketertiban.
"Para pimpinan lembaga peradilan dan kejaksaan juga mengingatkan agar semua pihak menahan diri, menjaga lisan, tidak flexing di media sosial, serta mengedepankan komunikasi yang menyejukkan," kata Irwan.
Selain itu, disarankan pula agar rumah ibadah turut berperan menjadi pendingin suasana melalui doa dan imbauan kepada umat.
"Kesimpulan rapat Forkopimda menegaskan bahwa penanganan setiap dinamika sosial harus dilakukan secara humanis, menghindari kekerasan, dan tetap mengedepankan komunikasi yang baik," lanjutnya.
Irwan Sabri menyerukan agar masyarakat perbatasan tidak mudah terprovokasi.
"Kita harus menyadari bahwa ada pihak-pihak yang mungkin ingin memanfaatkan situasi untuk kepentingan tertentu dengan cara menyebarkan kebencian, hoaks, atau ajakan-ajakan yang merusak persatuan. Untuk itu, mari kita sama-sama bersikap bijak, tenang, dan waspada," kata dia.
Ia berharap masyarakat Nunukan selalu mengedepankan persaudaraan, menghormati perbedaan, dan bersama-sama menjaga keamanan daerah agar tetap kondusif.
Ia kembali mengingatkan bahwa perbedaan adalah kekuatan.
Dengan persatuan, kita bisa menghadapi segala tantangan.
Dengan kedamaian, kita bisa membangun masa depan yang lebih sejahtera.
"Mari jadikan istighosah dan doa bersama ini sebagai benteng spiritual untuk menjaga kedamaian dan kerukunan," kata Irwan Sabri.
Doa bersama diikuti enam pemuka agama di Kabupaten Nunukan.
Mereka memimpin doa bergantian sesuai keyakinan masing-masing.
Momen ini menjadi simbol kebersamaan masyarakat perbatasan dalam mendoakan kedamaian, persatuan, dan keselamatan Bangsa Indonesia.
https://regional.kompas.com/read/2025/09/05/220736078/jaga-kerukunan-pemda-nunukan-gelar-doa-bersama-di-bawah-tugu-dwikora-dari