SEMARANG, KOMPAS.com - Dalam sidang dugaan penganiayaan terhadap anggota polisi di Pengadilan Negeri (PN) Semarang, Senin (25/8/2025), jaksa memutar dua video amatir.
Rekaman tersebut memperlihatkan detik-detik saat Brigadir Eka, seorang intel Polda Jateng yang menyamar, dikerumuni dan disandera oleh sejumlah mahasiswa saat aksi demo May Day.
Saat itu, Brigadir Eka, anggota intel Polda Jawa Tengah terlihat mengenakan kaos warna hitam yang dikerumuni oleh banyak mahasiswa.
Ada dua lokasi di video tersebut, yakni berada di mobil kelinci dekat Kantor Bank Indonesia (BI) dan Auditorium Universitas Diponegoro (Undip).
"Disuruh mengakui kalau saya polisi," kata Eka saat ditanya isi percakapan dalam video tersebut, Senin (25/8/2025).
Dia mengatakan, pria yang mengenakan masker dan baju hitam di sebelahnya merupakan terdakwa Rezki Setia Budi.
"Sampai di auditorium, si Rezki," ujarnya.
Menurutnya, terdakwa Rezki dan Muhammad Rafli Susanto merupakan mahasiswa yang paling sering berada di dekatnya.
"Saya berpikir, kalau saya kabur dari sana korban akan makin banyak. Pihak kepolisian pasti akan memukul mundur massa aksi di situ," tambah korban.
Baca juga: Polisi yang Disandera Saat Demo May Day di Semarang Akui Terdakwa Sempat Lindungi dari Amukan Massa
Peristiwa Eka dibawa oleh massa mahasiswa bermula saat ada sejumlah mahasiswa yang berteriak 'polisi' ke arahnya.
Dari situ, Eka mengaku dipukul hingga dihampiri banyak mahasiswa. Dari peristiwa ini, kedua terdakwa mencoba untuk mengamankan Eka.
Eka yang bertugas sebagai intel di Polda Jawa Tengah, saat itu mengenakan pakaian preman dengan kaos hitam dan celana jeans.
Setelah dihampiri massa, korban dibawa ke mobil kancil oleh kedua terdakwa. Setelah itu, Eka dibawa ke Auditorium Universitas Diponegoro (Undip) hingga malam.
"Saya digandeng, diarak ke arah depan gerbang Undip. Di situ ada mobil kancil," kata Eka.
Seperti diketahui, Rezki Setia Budi dan Muhammad Rafli Susanto didakwa Pasal 333 ayat (1) KUHP merampas kemerdekaan seseorang serta Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP tentang pengeroyokan.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini