Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Agen Investasi Emas Pegadaian di Kaki Gunung Kelud, Mulanya Dianggap Omon-omon Kini Banjir Pemohon

Kompas.com - 24/09/2025, 17:38 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Bilal Ramadhan

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com - Sumariyah tak menyangka kesadaran pribadinya atas pentingnya investasi emas berkembang menjadi kesadaran komunitas. Hasilnya, cuan yang dikantonginya pun mengalir deras.

Wanita berusia 46 tahun ini tinggal di kaki Gunung Kelud, yaitu di Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Di wilayah ini dia berjuang memperkenalkan literasi finansial kepada masyarakat sekitarnya dengan menjadi agen Pegadaian.

Jumlah membernya kini sudah mencapai puluhan orang dan berasal dari lingkaran sosial terdekatnya, yakni para tetangga sekitar maupun pelanggan toko kelontongnya.

Baca juga: Investasi Emas Jadi Pilihan Content Writer Seperti Aisyah: Butuh Tabungan yang Fleksibel

Banyaknya member itu mendongkrak intensitas transaksi yang otomatis meningkatkan pemasukan berupa uang jasa yang didapatnya.

Manfaatnya, selain cukup cuan untuk menambal kebutuhan harian keluarga juga mempertebal pundi-pundi simpanannya.

“Dulu saya dianggap penipu. Omong kosong. Tapi kini mereka bahagia menikmati manfaat manisnya,” ujar Sumariyah membuka percakapan dengan Kompas.com, Selasa (23/9/2025).

Meski demikian, capaian yang didapatnya saat ini tidak diraihnya dengan kemudahan begitu saja. Ada perjuangan, konsistensi, maupun kesabaran.

Mulanya Menabung Emas untuk Pribadi

Wanita tiga anak itu menuturkan, geliatnya di bidang investasi emas dimulai akhir 2022. Bermula dari kegundahan hati yang dirasakannya sebagai pejuang ekonomi keluarga.

Yakni saat melihat fenomena lansia yang terpaksa masih terus bekerja demi kebutuhan hidupnya, bahkan juga untuk keluarganya.

Selain itu, juga sikap mirisnya atas budaya hedon sebagian warga yang cenderung belanja demi gaya hidup konsumtif meski harus berhutang.

“Saya itu ngenes melihat banyak orang yg sudah usia lanjut kok tetap harus bekerja keras menghidupi diri sendiri juga anak-anaknya. Saya akhirnya kepikiran nasib diri sendiri juga,” ujar Sumariyah.

Dirinya merasa takut masa tuanya nanti berada pada kondisi yang sama dengan orang-orang tersebut.

Apalagi bidang pekerjaannya juga tidak mempunyai fasilitas pensiun sebagai jaminan hari tua.

“Kita gak tahu (takdir) dan gak mungkin kerja sampai tua karena tenaga pasti akan terbatas. Pendidikan juga terbatas. Saya mikir saat tua nanti harus punya uang supaya tidak merepotkan anak,” lanjut perempuan lulusan sekolah dasar ini.

Baca juga: Tabungan Emas Jadi Jalan Sederhana Wahyu Aditya Menjaga Keluarga dan Masa Depan

Sembari bekerja, di sela-sela menunggu pelanggan di toko kelontongnya itu, dirinya berupaya berpikir keras mencari akar masalah dari kondisi yang didapatinya itu.

Perenungannya itu mencapai sebuah kesimpulan bahwa budaya hedon maupun banyaknya lansia yang masih menafkahi diri sendiri itu terjadi karena kurangnya edukasi finansial.

Terutama tidak adanya kebiasaan menabung bahkan investasi sejak dini.

Berangkat dari situ, Sumariyah mulai mencari-cari instrumen investasi yang paling cocok untuk situasi maupun kondisinya.

Hingga kemudian didapatinya literasi bahwa investasi emas dari Pegadaian cukup menjanjikan.

Dirinya lantas mendatangi kantor Pegadaian terdekat, yakni kantor unit yang berada di Kecamatan Wates. Dari sinilah dirinya memantapkan diri mulai berinvestasi.

Namun demikian saat itu dirinya tidak bisa langsung membeli emas batangan karena keterbatasan uang yang dimilikinya.

Sehingga memilih layanan menabung emas, yang lebih masuk akal dengan kondisi keuangannya.

“Saya beli emasnya langsung ya gak bisa, gak kuat dananya. Akhirnya saya milih menabung saja dulu melalui aplikasinya itu,” ujar Sumariyah.

Baca juga: Warisan Nilai Sang Ibu, Fitri Menjadikan Emas Penopang Hidup

Halaman:


Terkini Lainnya
Bahagianya Iswahyudi yang Dulu Harus Ngungsi ke Rumah Nenek saat Hujan, Rumah Reyotnya Dibongkar dan Dibangun TNI
Bahagianya Iswahyudi yang Dulu Harus Ngungsi ke Rumah Nenek saat Hujan, Rumah Reyotnya Dibongkar dan Dibangun TNI
Surabaya
Mantan Bupati Situbondo Karna Suswandi Divonis Penjara 6 Tahun 6 Bulan
Mantan Bupati Situbondo Karna Suswandi Divonis Penjara 6 Tahun 6 Bulan
Surabaya
Jenazah Pria dengan Mata Tertutup Ditemukan di Sampang Tanpa Identitas
Jenazah Pria dengan Mata Tertutup Ditemukan di Sampang Tanpa Identitas
Surabaya
Banjir Lahar Gunung Semeru Tak Halangi Cinta Bahrul Ulum
Banjir Lahar Gunung Semeru Tak Halangi Cinta Bahrul Ulum
Surabaya
Perjuangan Siswa di Sumberlangsep Lumajang, Turuni Tangga dan Digendong Orang Tua Seberangi Banjir Lahar agar Bisa Sekolah
Perjuangan Siswa di Sumberlangsep Lumajang, Turuni Tangga dan Digendong Orang Tua Seberangi Banjir Lahar agar Bisa Sekolah
Surabaya
Banjir Lumajang Surut, Warga Kutorenon Mulai Bersihkan Rumah
Banjir Lumajang Surut, Warga Kutorenon Mulai Bersihkan Rumah
Surabaya
Hasil Laboratorium Tidak Ditemukan Bakteri di Menu MBG, Satgas MBG Magetan Perintahkan SPPG Jaga Kebersihan Alat Masak
Hasil Laboratorium Tidak Ditemukan Bakteri di Menu MBG, Satgas MBG Magetan Perintahkan SPPG Jaga Kebersihan Alat Masak
Surabaya
Jalur Mandoran–Plaosan di Magetan Kembali Memakan Korban, Pengendara Motor Tewas
Jalur Mandoran–Plaosan di Magetan Kembali Memakan Korban, Pengendara Motor Tewas
Surabaya
Terdesak Kebutuhan Hidup, Pasutri di Magetan Nekat Curi Motor Ibu Kandungnya
Terdesak Kebutuhan Hidup, Pasutri di Magetan Nekat Curi Motor Ibu Kandungnya
Surabaya
Balita Tewas Tenggelam di Banyuwangi Park saat Ditinggal Orang Tua
Balita Tewas Tenggelam di Banyuwangi Park saat Ditinggal Orang Tua
Surabaya
Satu Rumah di Pasuruan Tertimpa Tanah Longsor, Seluruh Penghuni Terluka
Satu Rumah di Pasuruan Tertimpa Tanah Longsor, Seluruh Penghuni Terluka
Surabaya
Siswa SD dan Guru Masih Telantar, DPRD Pamekasan Usulkan Penambahan Tenda Darurat
Siswa SD dan Guru Masih Telantar, DPRD Pamekasan Usulkan Penambahan Tenda Darurat
Surabaya
Banjir Setinggi 1,5 Meter Rendam Rumah Warga di Lumajang
Banjir Setinggi 1,5 Meter Rendam Rumah Warga di Lumajang
Surabaya
Dipukul Ibunya karena Tak Mau Bereskan Tempat Tidur, Remaja di Malang Malah Lapor Polisi
Dipukul Ibunya karena Tak Mau Bereskan Tempat Tidur, Remaja di Malang Malah Lapor Polisi
Surabaya
Bawa Sapi-sapi Berbobot Jumbo Ikuti Kontes, Taufiq Berharap Pemerintah Lebih Perhatikan Peternak
Bawa Sapi-sapi Berbobot Jumbo Ikuti Kontes, Taufiq Berharap Pemerintah Lebih Perhatikan Peternak
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau