KEDIRI, KOMPAS.com - Sumariyah tak menyangka kesadaran pribadinya atas pentingnya investasi emas berkembang menjadi kesadaran komunitas. Hasilnya, cuan yang dikantonginya pun mengalir deras.
Wanita berusia 46 tahun ini tinggal di kaki Gunung Kelud, yaitu di Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Di wilayah ini dia berjuang memperkenalkan literasi finansial kepada masyarakat sekitarnya dengan menjadi agen Pegadaian.
Jumlah membernya kini sudah mencapai puluhan orang dan berasal dari lingkaran sosial terdekatnya, yakni para tetangga sekitar maupun pelanggan toko kelontongnya.
Baca juga: Investasi Emas Jadi Pilihan Content Writer Seperti Aisyah: Butuh Tabungan yang Fleksibel
Banyaknya member itu mendongkrak intensitas transaksi yang otomatis meningkatkan pemasukan berupa uang jasa yang didapatnya.
Manfaatnya, selain cukup cuan untuk menambal kebutuhan harian keluarga juga mempertebal pundi-pundi simpanannya.
“Dulu saya dianggap penipu. Omong kosong. Tapi kini mereka bahagia menikmati manfaat manisnya,” ujar Sumariyah membuka percakapan dengan Kompas.com, Selasa (23/9/2025).
Meski demikian, capaian yang didapatnya saat ini tidak diraihnya dengan kemudahan begitu saja. Ada perjuangan, konsistensi, maupun kesabaran.
Wanita tiga anak itu menuturkan, geliatnya di bidang investasi emas dimulai akhir 2022. Bermula dari kegundahan hati yang dirasakannya sebagai pejuang ekonomi keluarga.
Yakni saat melihat fenomena lansia yang terpaksa masih terus bekerja demi kebutuhan hidupnya, bahkan juga untuk keluarganya.
Selain itu, juga sikap mirisnya atas budaya hedon sebagian warga yang cenderung belanja demi gaya hidup konsumtif meski harus berhutang.
“Saya itu ngenes melihat banyak orang yg sudah usia lanjut kok tetap harus bekerja keras menghidupi diri sendiri juga anak-anaknya. Saya akhirnya kepikiran nasib diri sendiri juga,” ujar Sumariyah.
Dirinya merasa takut masa tuanya nanti berada pada kondisi yang sama dengan orang-orang tersebut.
Apalagi bidang pekerjaannya juga tidak mempunyai fasilitas pensiun sebagai jaminan hari tua.
“Kita gak tahu (takdir) dan gak mungkin kerja sampai tua karena tenaga pasti akan terbatas. Pendidikan juga terbatas. Saya mikir saat tua nanti harus punya uang supaya tidak merepotkan anak,” lanjut perempuan lulusan sekolah dasar ini.
Baca juga: Tabungan Emas Jadi Jalan Sederhana Wahyu Aditya Menjaga Keluarga dan Masa Depan
Sembari bekerja, di sela-sela menunggu pelanggan di toko kelontongnya itu, dirinya berupaya berpikir keras mencari akar masalah dari kondisi yang didapatinya itu.
Perenungannya itu mencapai sebuah kesimpulan bahwa budaya hedon maupun banyaknya lansia yang masih menafkahi diri sendiri itu terjadi karena kurangnya edukasi finansial.
Terutama tidak adanya kebiasaan menabung bahkan investasi sejak dini.
Berangkat dari situ, Sumariyah mulai mencari-cari instrumen investasi yang paling cocok untuk situasi maupun kondisinya.
Hingga kemudian didapatinya literasi bahwa investasi emas dari Pegadaian cukup menjanjikan.
Dirinya lantas mendatangi kantor Pegadaian terdekat, yakni kantor unit yang berada di Kecamatan Wates. Dari sinilah dirinya memantapkan diri mulai berinvestasi.
Namun demikian saat itu dirinya tidak bisa langsung membeli emas batangan karena keterbatasan uang yang dimilikinya.
Sehingga memilih layanan menabung emas, yang lebih masuk akal dengan kondisi keuangannya.
“Saya beli emasnya langsung ya gak bisa, gak kuat dananya. Akhirnya saya milih menabung saja dulu melalui aplikasinya itu,” ujar Sumariyah.
Baca juga: Warisan Nilai Sang Ibu, Fitri Menjadikan Emas Penopang Hidup