KOMPAS.com - Di tengah tren pariwisata berkelanjutan, muncul bentuk wisata seni ramah lingkungan yang kian digemari. Namanya ecoprint.
Ecoprint merupakan teknik mencetak mencetak pola alami dari bahan alami tanpa menggunakan pewarna sintetis.
"Jadi ecoprint tidak merusak alam karena materialnya menggunakan semua yang ada di alam. Limbahnya tidak mengandung racun," kata penggiat ecoprint, Tris Pinang Sari, dalam tur Jakarta Ecotourism Festival 2025 di trip Jakarta Selatan, Rabu (22/10/2025).
Baca juga: Konservasi Jadi Kunci Keberlanjutan Wisata Hiu Paus di Botubarani, Gorontalo
Tanpa merusak lingkungan, ecoprint bisa menjadi ide aktivitas wisata ramah lingkungan. Material ecoprint terdiri dari kain, kertas, kaca, kulit, bahkan kayu.
Teknik cetak ini mengandalkan pewarna alami (pigmen) dari daun maupun bunga dengan warna gelap hingga terang.
Kamu bisa mencoba salah satu teknik ecoprint, yakni pukul (pounding), kukus (steaming), dan fermentasi untuk pemula.
Pemilihan bahan pewarna dan teknik ecoprint sangat menentukan warna akhir pada karya seni ini.
Baca juga: Masih Sedikit Hotel Bersertifikat Keberlanjutan di Indonesia, Apa Kendalanya?
Hasil ecoprint, teknik mencetak mencetak pola alami dari bahan alami tanpa menggunakan pewarna sintetis, yang dilakukan dalam tur Jakarta Ecotourism Festival 2025 di trip Jakarta Selatan, Rabu (22/10/2025).Misalnya, daun jati yang bisa menghasilkan warna merah marun saat dikukus atau berubah menjadi hijau kecoklatan saat menggunakan teknik pounding.
Ada pula daun lanang yang menghasilkan warna oranye keemasan.
Warna akhir ecoprint juga bergantung pada mordan, yakni kemampuan material (kain) menyerap atau mengikat zat warna alami.
"Formula mordan itu berbeda-beda. Ada yang cuma pakai tawas, ada yang pakai kunyit, tidak sama," jelas dia.
Baca juga: Kegiatan Seru Bersama Keluarga di Safari Lagoi & Eco Farm Bintan