Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisa Jadi Ide Aktivitas Wisata Seni, Apa Itu Ecoprint?

Kompas.com - 28/10/2025, 06:00 WIB
Krisda Tiofani,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di tengah tren pariwisata berkelanjutan, muncul bentuk wisata seni ramah lingkungan yang kian digemari. Namanya ecoprint.

Ecoprint merupakan teknik mencetak mencetak pola alami dari bahan alami tanpa menggunakan pewarna sintetis.

"Jadi ecoprint tidak merusak alam karena materialnya menggunakan semua yang ada di alam. Limbahnya tidak mengandung racun," kata penggiat ecoprint, Tris Pinang Sari, dalam tur Jakarta Ecotourism Festival 2025 di trip Jakarta Selatan, Rabu (22/10/2025).

Baca juga: Konservasi Jadi Kunci Keberlanjutan Wisata Hiu Paus di Botubarani, Gorontalo

Tanpa merusak lingkungan, ecoprint bisa menjadi ide aktivitas wisata ramah lingkungan. Material ecoprint terdiri dari kain, kertas, kaca, kulit, bahkan kayu.

Teknik cetak ini mengandalkan pewarna alami (pigmen) dari daun maupun bunga dengan warna gelap hingga terang.

Kamu bisa mencoba salah satu teknik ecoprint, yakni pukul (pounding), kukus (steaming), dan fermentasi untuk pemula.

Pemilihan bahan pewarna dan teknik ecoprint sangat menentukan warna akhir pada karya seni ini.

Baca juga: Masih Sedikit Hotel Bersertifikat Keberlanjutan di Indonesia, Apa Kendalanya?

Hasil ecoprint, teknik mencetak mencetak pola alami dari bahan alami tanpa menggunakan pewarna sintetis, yang dilakukan dalam tur Jakarta Ecotourism Festival 2025 di trip Jakarta Selatan, Rabu (22/10/2025).Kompas.com/Krisda Tiofani Hasil ecoprint, teknik mencetak mencetak pola alami dari bahan alami tanpa menggunakan pewarna sintetis, yang dilakukan dalam tur Jakarta Ecotourism Festival 2025 di trip Jakarta Selatan, Rabu (22/10/2025).

Misalnya, daun jati yang bisa menghasilkan warna merah marun saat dikukus atau berubah menjadi hijau kecoklatan saat menggunakan teknik pounding.

Ada pula daun lanang yang menghasilkan warna oranye keemasan.

Warna akhir ecoprint juga bergantung pada mordan, yakni kemampuan material (kain) menyerap atau mengikat zat warna alami.

"Formula mordan itu berbeda-beda. Ada yang cuma pakai tawas, ada yang pakai kunyit, tidak sama," jelas dia.

Baca juga: Kegiatan Seru Bersama Keluarga di Safari Lagoi & Eco Farm Bintan

Halaman:


Terkini Lainnya
Pembangunan Lift Kaca Kelingking Beach Disetop Sementara, Dipasang Garis Polisi
Pembangunan Lift Kaca Kelingking Beach Disetop Sementara, Dipasang Garis Polisi
Travel News
Dihadang Angkutan Umum, Transjakarta Hentikan Sementara Rute Pulogadung–Kampung Melayu
Dihadang Angkutan Umum, Transjakarta Hentikan Sementara Rute Pulogadung–Kampung Melayu
Travel News
3 Karya Budaya Wonosobo Masuk Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2025
3 Karya Budaya Wonosobo Masuk Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2025
Travel News
Libur Akhir Tahun, Waspada Puncak Musim Hujan dan Baca Tips Ini
Libur Akhir Tahun, Waspada Puncak Musim Hujan dan Baca Tips Ini
Travel News
KA Bukit Serelo Kertapati-Lubuk Linggau, Harga Tiket Rp 32.000
KA Bukit Serelo Kertapati-Lubuk Linggau, Harga Tiket Rp 32.000
Travelpedia
7,2 Ton Sampah Diangkut dari Kawasan Pantai Tanjung Aan NTB
7,2 Ton Sampah Diangkut dari Kawasan Pantai Tanjung Aan NTB
Travel News
Wonderful Indonesia Wellness 2025 Digelar di Solo dan Yogya Sebulan Penuh
Wonderful Indonesia Wellness 2025 Digelar di Solo dan Yogya Sebulan Penuh
Travel News
Tren Pariwisata Dunia Bergeser, Gen Z Makin Doyan Liburan
Tren Pariwisata Dunia Bergeser, Gen Z Makin Doyan Liburan
Travel News
Super Air Jet Buka Rute Jakarta-Kediri PP 10 November, Terbang 3 Kali Seminggu
Super Air Jet Buka Rute Jakarta-Kediri PP 10 November, Terbang 3 Kali Seminggu
Travel News
Harga Tiket Jalur Pendakian Gunung Rinjani 2025 Terbaru, Simak!
Harga Tiket Jalur Pendakian Gunung Rinjani 2025 Terbaru, Simak!
Travel News
3 November, Harga Tiket Jalur Pendakian Gunung Rinjani Naik
3 November, Harga Tiket Jalur Pendakian Gunung Rinjani Naik
Travel News
Tak Menyeramkan, Hantu di Saloka Theme Park Diajak Foto Manusia
Tak Menyeramkan, Hantu di Saloka Theme Park Diajak Foto Manusia
Travelpedia
Mengenal Rapa’i Uroh Duek, Alat Musik Tradisional Lhokseumawe
Mengenal Rapa’i Uroh Duek, Alat Musik Tradisional Lhokseumawe
Travelpedia
Sejarah Keraton Surakarta, Dulu Istana Kerajaan Mataram Islam
Sejarah Keraton Surakarta, Dulu Istana Kerajaan Mataram Islam
Travelpedia
Pakubuwono XIII Wafat, Raja Keraton Surakarta yang Naik Tahta Sejak 2004
Pakubuwono XIII Wafat, Raja Keraton Surakarta yang Naik Tahta Sejak 2004
Travelpedia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau