KOMPAS.com - Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendikti saintek) Stella Christie mengatakan saat ini universitas di Indonesia tengah diarahkan untuk menjadi research university atau universitas riset.
Selama ini model universitas di Indonesia adalah teaching university.
Kata Wamen Stella, universitas lebih sering diingat dengan tujuan utamanya mengajar dan riset dilakukan setelah selesai mengajar, atau mungkin jika ada waktu luang.
"Argumen saya adalah kita harus berpindah dari teaching university ke research university. Alasannya hanya satu. Kalau kita ingin pertumbuhan ekonomi, kita harus menjadi research university," kata Wamen Stella saat menjadi pembicara di acara Jagat Literasi 30 Tahun Kompas.com, di Menara Kompas, Jakarta Pusat, Senin (15/9/2025).
Menurut Wamen Stella, kalau kita tidak berubah menjadi research university, maka akan sulit untuk menumbuhkan ekonomi Indonesia dengan pesat.
"Bahwa sungguh universitas itu adalah engine ekonomi," ujarnya.
Saat ini Kemendikti saintek telah mulai membuat peta interaktif untuk mencatat sosok-sosok di berbagai daerah Indonesia yang pandai dalam suatu riset spesifik.
Wamen Stella sudah mengunjungi 44 universitas di 19 provinsi selama 11 bulan bertugas untuk melihat secara langsung riset-riset yang dilakukan para mahasiswa.
Bukti nyata di negara lain
Wamen Stella juga memaparkan data-data dari berbagai universitas riset yang dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi untuknya negaranya.
Contohnya, Stanford University per tahun menghasilkan 2,7 triliun dolar AS atau Rp 44 kuadrilion lalu menyediakan 5,4 juta pekerjaan dan 40.000 perusahaan.
Di China, inovasi dan teknologi menyumbang 13,4 persen dari total GDP mereka dengan hanya menggunakan 2,5 persen dari total lahan konstruksi negara pada 2024. Dua universitas di Negeri Bambu yang turut andil ialah Sun Yat Sen University serta Tsinghua University.
China tak serta merta mendapatkan puncak perekonomian. Melainkan mereka mulai mengubah model universitasnya ke riset pada 1980 - 1990an, yang artinya butuh waktu sekitar 50 tahun.
STEM
Untuk mengejar ketertinggalan ini pemerintah juga menggalakkan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) sejak dini.
Dalam diskusi panel, Stella menegaskan bahwa STEM bukanlah pelajaran.
"Tetapi sebenarnya STEM itu adalah pemikiran yang sudah ada sejak lahir. Ini bukan omong-omong bagus-bagusan, tetapi ini adalah hasil riset," ucapnya.
Salah satu riset Guru Besar Tsinghua University ini memperlihatkan bahwa bayi umur tiga bulan sudah bisa membedakan banyak dan sedikit. Lalu ternyata kemampuan ini berpengaruh ke kemampuan matematika persis.
HUT ke-30 Kompas.com
Kompas.com memasuki usia ke-30 yang jatuh pada Minggu, 14 September 2025. Rangkaian perayaan hari ulang tahun (HUT), berupa ziarah ke makam para pendiri Kompas-Gramedia, Jakob Oetama dan PK Ojong. Sebelumnya pada Sabtu, 13 September 2025, digelar pula ziarah ke beberapa rekan kerja yaitu ke makam Ervan Hardoko, Muhammad Latief, dan Kurnia Sari Aziza.
Puncak acara pada Senin, 15 September 2025, digelar Festival HUT berupa Obrolan Newsroom On Stage dan LiteraTalk yang merupakan bagian dari Jagat Literasi, serta Awarding Kolumnis.
Acara pamungkas, Bersuka Ria, menjadi kemeriahan pada Senin malam. Keseluruhan rangkaian perayaan HUT Kompas.com ini merupakan hasil kerja sama bersama Riady Foundation, ParagonCorp, dan Blibli. Juga didukung oleh Kita Bisa dan Gramedia.
Sementara itu, misi Jagat Literasi di Perbatasan Ekspedisi dari Kata ke Nyata Kompas.com hadir melalui inisiatif Jagat Literasi untuk merayakan HUT ke-30 Kompas.com.
Relawan mengajarkan literasi media dan literasi baca di 20 sekolah yang tersebar di Banten, Jawa Tengah, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, dan DKI Jakarta.
Selain mengajar, mereka menyalurkan donasi buku anak dengan target 10.000 eksemplar agar siswa di berbagai daerah bisa mendapatkan bacaan yang layak. Ekspedisi Kata ke Nyata didukung gerakan STEM Indonesia Cerdas dari Riady Foundation, serta ParagonCorp, dan Gramedia.
https://www.kompas.com/edu/read/2025/09/16/115500071/perkuat-riset-universitas-indonesia-wamen-stella--tumbuhkan-ekonomi-ri