“Murid-murid dengan kebutuhan khusus di sekolah Cikal didampingi untuk mengembangkan berbagai keterampilan dan kompetensi, bukan hanya pada keterampilan kognitif, tetapi juga murid dapat mengembangkan keterampilan belajar untuk dirinya,” tutur Nuli.
Selain itu, lanjut dia, murid dapat mengembangkan diri pada keterampilan mengenali emosi dan regulasi emosi.
Nuli mengatakan, murid memiliki keterampilan bagaimana membangun interaksi yang sehat, positif, adaptif serta dapat berkontribusi dalam komunitas.
Nuli menyebutkan bahwa sebagai sekolah inklusi, Cikal juga mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus untuk mengoptimalkan pengembangan dirinya di luar akademik.
Baca juga: Menilik Lebih Jauh Kehadiran AI dan Etika Akademik Kita
Pengembangan tersebut, baik membantu mengoptimalkan keterampilan hidup, membangun kemandirian, mampu membuat keputusan untuk dirinya, dapat mengenali dirinya, mengetahui emosi dan keinginannya, serta meregulasi emosinya dengan berbagai program pengembangan diri.
“Di Pendidikan Inklusi Cikal misalnya, kami menyiapkan program vokasional yang lebih beragam untuk menyiapkan anak dalam mengasah potensi/bakatnya, memperdalam keinginan,” ucap Nuli.
Kemudian, lanjut dia, mempersiapkan serta memberikan gambaran terkait potensi/bakat mereka tersebut dengan dunia industrinya pada masa depan.
Tak hanya itu, Nuli mengungkapkan, Sekolah Cikal dan Pendidikan Inklusi Cikal bahkan memiliki program magang bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk melatih dan membangun kesiapan pemilihan minat, bakat, dan karier anak.
Baca juga: Upaya Mbak Ita Tingkatkan Minat Baca Masyarakat, dari Digitalisasi hingga Penambahan Akses Literasi
Nuli menuturkan, sekolah inklusi menerapkan prinsip inklusivitas dengan baik dalam proses belajar dan interaksi keseharian dengan menggerakkan proses observasi dan analisis perkembangan anak sesuai dengan profilnya.
“Program-program di sekolah inklusi bertujuan untuk mendukung pencapaian tujuan belajar maupun pengembangan dirinya serta menyiapkan murid untuk terampil dalam hidup sebagai bagian dari komunitas,” tuturnya.
Di Sekolah Cikal misalnya, lanjut Nuli, kehadiran Pendidikan Inklusi Cikal menggerakkan proses observasi dan analisis perkembangan anak secara berkala yang dilakukan agar dapat menentukan dukungan dan strategi yang sesuai dengan profil anak.
Baca juga: Strategi Meningkatkan Keunggulan Kompetitif Bisnis, Ini Caranya...
Tak hanya menerapkan prinsip inklusivitas, ia menjelaskan, Sekolah Inklusi seperti Sekolah Cikal juga menerapkan tiga nilai inklusivitas, yakni presensi, partisipasi, dan prestasi.
“Presensi atau kehadiran berkaitan dengan di mana tempat para murid belajar dan frekuensi kehadiran murid dalam proses pembelajaran di sekolah atau institusi pendidikan,” ucapnya.
Sementara itu, imbuh Nuli, partisipasi bermakna dan berkaitan dengan kualitas pengalaman murid saat proses belajar berlangsung, sedangkan prestasi ABK adalah fokus pada pengembangan diri anak.
Nuli menyebutkan bahwa sekolah inklusi mendorong anak-anak berkebutuhan khusus untuk terlibat dalam aktivitas pembelajaran dan interaksi yang lekat dengan murid-murid reguler dalam kelas besar di akomodasi belajar.
Baca juga: 5 Cara Belajar Latte Art untuk Pemula, Tips dari Barista