Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Hari Kartini Tanggal 21 April Libur Nasional atau Bukan?

Kompas.com - 16/04/2025, 16:30 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setiap tahun masyarakat Indonesia memperingati Hari Kartini yang berlangsung setiap tanggal 21 April.

Kartini yang bernama lengkap RA Kartini Djojoadhiningrat adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia yang memperjuangkan emansipasi wanita.

Selama perayaan Hari Kartini, banyak sekolah, perusahaan, bahkan kantor pemerintahan dan swasta ikut merayakan momen ini.

Baca juga: 6 Fakta Menarik tentang Kartini, Apa Saja?

Mengapa Hari Kartini diperingati?

Tujuan peringatan Hari kartini adalah untuk memperingati dan menghormati perjuangan R.A. Kartini yang telah mewujudkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan di era modern .

Lalu apakah 21 April termasuk libur nasional?

Hari Kartini libur nasional atau bukan?

Peringatan hari Kartini diperingati tanggal 21 April bertepatan dengan hari kelahiran R.A. Kartini pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah.

Hari Kartini ditetapkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964. Lewat keputusan tersebut, Kartini juga diangkat sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Berdasarkan SKB 3 Menteri tentang hari libur nasional dan cuti bersama tahun 2025,
Ada satu tanggal merah yang menjadi tanda siswa libur sekolah termasuk masyarakat umum.

Yaitu, tanggal 18 April 2025 bertepatan dengan perayaan Wafat Isa Almasih.

Sehingga, 21 April tidak termasuk hari libur nasional atau tanggal merah.

Tanggal 21 April 2025 jatuh pada hari Senin yang menjadi momen awal pekan.

Profil RA Kartini

Dirangkum Kompas.com, RA Kartini lahir dari keluarga ningrat Jawa. Ayahnya adalah Bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Sedangkan ibunya bernama M.A. Ngasirah.

Baca juga: Mulai Tanggal 18 April 2025 Bisa Libur Panjang Tiga Hari

Ayahnya adalah putra dari Bupati Demak Pangeran Ario Tjondronegoro. Pada saat itu ia menyekolahkan semua anaknya ke Europese Lagere School (ELS), sekolah gubernurmen kelas satu (setara SD) yang memakai bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Kartini mulai sekolah pada tahun 1885.

Setamat ELS, Kartini ingin meneruskan ke Semarang yaitu di HBS. Namun sang Ayah tak memberi izin. Pada saat itu masih ada tradisi yang mewajibkan anak perempuan yang berusia 12 tahun hari menjalani masa pingitan, yang membatasi kebebasan fisik dan sosialnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau