Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Anak Nasional 2025, Membumikan Permainan Tradisional untuk Atasi Dampak Buruk Gawai

Kompas.com - 16/07/2025, 08:50 WIB
Nugraha Perdana,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Pemerintah mendorong pengenalan kembali permainan tradisional sebagai solusi konkret untuk mengatasi kecanduan gawai (gadget) pada anak yang dinilai menjadi salah satu pemicu kekerasan.

Pesan tegas ini menjadi sorotan utama dalam rangkaian peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2025 yang diselenggarakan di Graha Cakrawala, Universitas Negeri Malang (UM), pada Selasa (15/7/2025).

Acara yang dihadiri oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menteri PPPA) Arifah Fauzi, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno, dan Rektor UM Prof. Haryono ini menjadi momentum penegasan komitmen lintas sektor dalam melindungi anak-anak Indonesia.

Baca juga: Benarkah Main Gawai Dapat Menurunkan Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini?

Menteri PPPA, Arifah Fauzi, secara lugas menyatakan bahwa model perayaan HAN tahun ini dirancang berbeda untuk memberikan dampak yang lebih luas dan serentak di seluruh Indonesia. Menurutnya, salah satu agenda utamanya adalah menggalakkan kembali permainan tradisional yang berbasis kearifan lokal.

"Saya akan menggarisbawahi permainan tradisional ini sebagai solusi yang kami berikan agar anak-anak ini tidak waktunya habis dengan gadget," kata Menteri Arifah pada Selasa (15/7/2025).

Ia mengungkapkan, berdasarkan hasil riset Kementerian PPPA, bahwa penggunaan gawai yang berlebihan menjadi salah satu penyebab utama terjadinya kekerasan terhadap anak, di samping pola asuh yang keliru.

Oleh karena itu, menurutnya, kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk dunia pendidikan seperti UM, sangat penting untuk menyelesaikan persoalan ini secara bersama-sama.

Baca juga: Apa Dampaknya jika Anak Usia Dini Bermain Gawai Terlalu Lama?

"Peringatan Hari Anak tahun ini kita selenggarakan di seluruh sekolah di Indonesia dengan empat agenda utama yakni senam bersama, bermain permainan tradisional, menyanyikan lagu nasional dan daerah, serta dongeng kepahlawanan," jelasnya.

Menanggapi isu kekerasan, Menteri Arifah menegaskan bahwa pemerintah menaruh perhatian penuh pada semua jenis kekerasan terhadap anak.

"Semua jenis kekerasan itu menjadi perhatian dan kepentingan kita bersama. Kami dari Kementerian PPPA telah melakukan banyak hal, mulai dari pendampingan, penjangkauan, hingga kunjungan untuk memberikan pemulihan bagi anak-anak yang mengalami kekerasan," katanya.

Sementara itu, Menko PMK, Pratikno, mengapresiasi inisiatif UM yang tidak hanya menjadi tuan rumah, tetapi juga menggelar seminar dan Deklarasi Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak.

Ia menyebut kegiatan di Malang ini merupakan bagian dari seri acara nasional menjelang puncak HAN 2025 pada 23 Juli mendatang.

"Terima kasih kepada Pak Rektor UM yang menyelenggarakan acara meriah ini dengan menghadirkan para guru dari PAUD hingga SMA, murid, pejabat daerah, dan pengamat pendidikan," ujar Pratikno.

Baca juga: 5 Dampak Negatif Gawai pada Anak serta Rekomendasi Penggunaannya

Sedangkan Rektor UM, Prof. Haryono, menyampaikan bahwa tujuan utama universitas bukan hanya keunggulan akademik, tetapi juga pembentukan karakter mahasiswa untuk mencapai kebahagiaan sejati.

Menurutnya, kebahagiaan tersebut hanya dapat diraih dalam lingkungan yang bebas dari segala bentuk penindasan.

"Kami bertekad mewujudkan kampus yang ramah anak dan menciptakan relasi antar manusia yang sehat. Ini berarti tidak ada toleransi bagi perundungan, kekerasan simbolik, kekerasan verbal, hingga kekerasan seksual di lingkungan kita," katanya.

Prof Haryono menekankan bahwa upaya ini merupakan tantangan bersama yang krusial untuk mencapai cita-cita luhur para pendiri bangsa. Ia mengaitkan langsung komitmen anti-kekerasan ini dengan visi Indonesia Emas 2045, yakni Indonesia diharapkan menjadi bangsa yang berdaulat, maju, dan sejahtera.

"Fondasi dari Indonesia Emas 2045 adalah Generasi Emas. Menciptakan generasi tersebut bukanlah proses instan, melainkan sebuah upaya jangka panjang yang harus kita bangun sejak dini," jelasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau