KOMPAS.com - Suwandi nampak semringah ketika namanya disebut sebagai peraih Kartika Astha Brata.
Yaitu, penerima gelar lulusan terbaik di sekolah kedinasan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Angkatan 32 tahun 2025.
Suwandi, juga mendapatkan mendapatkan penghargaan Kartika Sapta Abdi Praja pada Program Studi (Prodi) Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor Publik.
Penghargaan Kartika Sapta Abdi Praja diberikan bagi 9 lulusan terbaik sarjana terapan di prodi masing-masing IPDN.
Sementara Kartika Astha Brata adalah penghargaan tahunan untuk lulusan terbaik IPDN program Sarjana Terapan Ilmu Pemerintahan (D-IV).
Penghargaan ini diberikan kepada 1 lulusan terbaik dari setiap angkatan yang memiliki IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) tertinggi dari seluruh praja di semua prodi.
Baca juga: Kisah Suwandi, Lulusan Terbaik IPDN Tanpa Skripsi, Dapat IPK 3,87
Pria asal Sulawesi Tenggara ini bisa menjadi lulusan terbaik berkat prestasinya. Salah satunya, membuat jurnal atau publikasi. Sehingga ia bisa lulus tanpa skripsi. Ia juga mendapatkan IPK 3,87.
Suwandi bercerita kalau kesusahan ekonomi tak membuatnya pantang menyerah. Orangtuanya adalah penjual bakso di Kelurahan Kambula-bulana, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara.
Mereka berjualan di depan rumah. Karena itu Suwandi setiap harinya melihat bagaimana orangtuanya berjuang.
Kedua orangtuanya, Samin dan Wamis, bisa datang ke IPDN Kampus Jatinangor untuk menyaksikan anak tunggal mereka dilantik jadi aparatur sipil negera (ASN).
"Alhamdulillah, menjadi lulusan terbaik. Sangat bahagia, bangga menjadi lulusan terbaik dari 1.110 lulusan di angkatan 32 yang dilantik Pak Menteri Dalam Negeri," kata Suwandi dilansir dari situs TribunJabar.id, Selasa (29/7/2025).
Bahkan saat mendapat penghargaan Kartika Astha Brata yang diserahkan Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian, Senin (28/7/2025), ia tak dapat membendung air matanya.
Baca juga: Kisah Bisyarah, Kowad Lulusan Terbaik Akmil, Sempat Diterima di Teknik Pertambangan
"Tentunya saya banyak terima kasih kepada kedua orangtua, dari segi moral, moril, materiel sehingga bisa survive. Saya lulus tahun 2025 ini, masuk IPDN tahun 2021. Tahun itu Covid-19 melanda, dari Buton juga jauh saya tinggal, jauh ke ibu kota di Kendari," ucapnya.
Keterbatasan akses dan kesulitan ekonomi, tidak menyurutkan tekadnya masuk ke IPDN.
"Dari sejak SMA, saya melihat senior saya banyak masuk ke IPDN, saya termotivasi untuk masuk ke IPDN. Di sini tidak dipungut biaya dari pendaftaran sampai purnapraja," katanya.