WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan mengonfirmasi bahwa saluran komunikasi antara Washington dan Kremlin tetap berjalan meskipun perang di Ukraina masih berlanjut.
Dilansir dari BBC pada Selasa (8/11/2022), Sullivan mengatakan AS memiliki “kepentingan” untuk mempertahankan kontak dengan Kremlin.
Namun dia bersikeras bahwa para pejabat "dengan cermat menimbang tentang siapa yang kita hadapi."
Pernyataan itu disampaikan setelah Gedung Putih menolak menyangkal laporan bahwa Sullivan memimpin pembicaraan dengan Rusia untuk mencegah eskalasi nuklir di Ukraina.
The Wall Street Journal melaporkan Sullivan mengadakan diskusi rahasia dengan mitranya dari Rusia, Direktur Dinas Keamanan Nikolai Patrushev dan Senior Ahli Kebijakan Luar Negeri Kremlin Yuri Ushakov, selama beberapa bulan terakhir.
Para pejabat senior AS mengatakan kepada surat kabar itu bahwa mereka membahas cara-cara menjaga adanya risiko eskalasi nuklir dalam perang di Ukraina, tetapi tidak terlibat dalam negosiasi apa pun tentang cara-cara untuk mengakhiri konflik.
Bulan lalu, Sullivan mengatakan setiap penggunaan senjata nuklir akan memiliki "konsekuensi yang merusak bagi Rusia."
Kepada NBC, dia mengaku pihaknya telah "menjabarkan" ruang lingkup potensi tanggapan Washington dalam diskusi pribadi dengan pejabat Rusia.
Baca juga: Ukraina Bakal Teken Pakta Perdamaian ASEAN, Untuk Apa?
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Adrienne Watson menolak mengonfirmasi cerita tersebut dan hanya mengatakan kepada surat kabar itu bahwa "orang mengklaim banyak hal."
Sementara itu, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menuduh surat kabar Barat "menerbitkan banyak tipuan".
Tetapi pada Senin (7/11/2022), Sekretaris Pers Gedung Putih Karin Jean-Pierre kembali menegaskan bahwa AS berhak untuk mengadakan pembicaraan dengan Rusia.
Sullivan - yang dikatakan sebagai salah satu penasihat paling senior untuk Presiden AS Joe Biden yang masih mendorong diskusi dengan Rusia - juga berdalih mempertahankan kontak dengan Moskwa adalah "kepentingan setiap negara yang terkena dampak konflik ini."
Pekan lalu, Washington Post melaporkan pejabat senior AS mendesak Kyiv untuk memberi sinyal keterbukaan akan negosiasi dengan Rusia, dan membatalkan penolakan publik mereka untuk membahas diakhirinya perang sementara Presiden Vladimir Putin tetap berkuasa.
Baca juga: Rangkuman Hari Ke-257 Serangan Rusia ke Ukraina: Listrik Kherson Mati, Kyiv Hadapi Pemadaman Total
Tetapi dalam sebuah acara publik di New York, Sullivan mengatakan pemerintahan Biden memiliki "kewajiban untuk mengejar akuntabilitas" dan berjanji bekerja dengan mitra internasional untuk "meminta para pelaku kejahatan perang serius dan mengerikan di Ukraina bertanggung jawab atas apa yang telah mereka lakukan".
"Saya baru saja berada di Kyiv pada Jumat (4/11/2022) dan saya memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Presiden (Volodymyr) Zelensky dan rekan saya Andriy Yermak, dengan pimpinan militer dan juga mendapatkan pengarahan tentang tingkat kematian dan kehancuran yang terjadi selama perang Putin di negara itu," kata Sullivan.
Dalam beberapa bulan terakhir, kekhawatiran meningkat bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir dalam upaya putus asa untuk mempertahankan empat wilayah Ukraina timur dan selatan yang dicaplok secara ilegal.
Sementara itu, Ukraina telah menerapkan undang-undang darurat perang untuk mengambil alih aset lima perusahaan penting yang strategis.
Baca juga: Korea Utara Bantah Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina
Beberapa perusahaan, yang mencakup dua perusahaan energi dan perusahaan yang membuat mesin, kendaraan, dan transformator, terkait dengan oligarki Vyacheslav Bohuslayev, yang ditangkap karena dicurigai bekerja sama dengan Rusia.
Presiden Zelensky mengatakan langkah itu akan membantu sektor pertahanan Ukraina memenuhi kebutuhan militer, yang saat ini terlibat dalam serangan balasan di Ukraina selatan dan timur.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini