TEL AVIV, KOMPAS.com - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu pada Jumat (5/7/2024) mengirim kepala mata-matanya (Mossad) ke Qatar untuk membahas gencatan senjata di Gaza.
Tujuan lain tentu agar Hamas melepaskan sandera yang ditangkap dalam serangan 7 Oktober 2023 di Israel.
Di tengah optimisme baru mengenai terobosan, Netanyahu mengadakan pertemuan kabinet keamanannya pada Kamis malam untuk membahas proposal baru Hamas yang dikirim melalui mediator Qatar dan Mesir.
Baca juga: PM Israel Bahas Proposal Terbaru Hamas Terkait Gencatan Senjata di Gaza
Israel yakin puluhan sandera masih hidup di Gaza dan karena perang yang memakan korban jiwa yang semakin meningkat di wilayah Palestina.
Kini, kedua belah pihak menghadapi tekanan internasional yang semakin besar untuk mencapai kesepakatan.
Kepala Mossad David Barnea akan memimpin delegasi Israel ke Qatar yang telah menghabiskan waktu berbulan-bulan mencoba membawa Hamas ke meja perundingan, menurut sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut.
Dia diperkirakan tiba di Doha pada Jumat ini dan bertemu dengan Perdana Menteri negara Teluk Mohammed bin Abdulrahman Al Thani.
Delegasi Barnea berjalan ke Qatar dalam kelanjutan pembicaraan mengenai gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan.
Baca juga: 8 Juli PM India ke Rusia untuk Adakan Pembicaraan dengan Putin
"Dia akan bertemu dengan perdana menteri Qatar untuk berdiskusi yang bertujuan untuk membawa para pihak lebih dekat ke kesepakatan di Gaza," kata sumber yang tidak ingin disebutkan namanya, dikutip dari AFP.
Presiden AS Joe Biden memuji keputusan mengirim delegasi dalam percakapan telepon dengan Netanyahu, kata Gedung Putih.
Biden menyambut baik keputusan untuk meminta para perunding Israel terlibat dengan para mediator dalam upaya untuk mencapai kesepakatan.
Amerika Serikat yakin Israel dan Hamas mempunyai bukaan yang cukup signifikan untuk mencapai kesepakatan mengenai gencatan senjata dan pembebasan sandera, kata seorang pejabat senior AS.
Pejabat itu mengatakan bahwa usulan Hamas mempercepat proses dan mungkin memberikan dasar untuk mencapai kesepakatan.
Namun, hal itu tidak berarti bahwa kesepakatan akan tercapai dalam beberapa hari mendatang, dan pekerjaan yang signifikan telah dilakukan.
Hamas menuntut diakhirinya perang dan penarikan pasukan Israel sebagai awal dari kesepakatan penyanderaan.
Israel membantah bahwa perang tidak akan berakhir tanpa pembebasan sandera. Netanyahu juga berulang kali bersumpah bahwa perang di Gaza tidak akan berakhir sampai kemampuan militer dan pemerintahan Hamas dihancurkan.
Baca juga: 6 Ditangkap Terkait Tewasnya 121 Orang akibat Insiden di India
Tetapi, Hamas mengatakan pada Rabu malam bahwa mereka telah mengirimkan “gagasan” baru untuk kemungkinan kesepakatan dan kantor Netanyahu mengatakan pemerintah sedang mengevaluasi ide tersebut.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini