NEW DELHI, KOMPAS.com - Pengadilan tinggi India menunda eksekusi seorang pria yang dihukum karena membunuh ibunya sendiri.
Bahkan dia juga tega memakan jasad ibunya tersebut. Hal itu menjadi kasus kanibalisme yang dianggap sebagai "kasus yang paling langka".
Sebagaimana diberitakan The Independent pada Rabu (18/12/2024), Sunil Rama Kuchkoravi dari distrik Kolhapur di negara bagian Maharashtra barat dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan pada 2021 karena membunuh ibunya yang berusia 63 tahun pada 2017.
Baca juga: 6 Upaya Pemerintah India agar Kualitas Udara New Delhi Membaik
Pengadilan Tinggi pada Oktober tahun ini menguatkan hukuman mati terhadap Kuchkoravi, dengan menyatakan, terpidana tersebut mungkin memiliki "sindrom kanibalisme patologis".
Pengadilan diberitahu bahwa Kuchkoravi membunuh ibunya Yallava Kuchkoravi pada 28 Agustus 2017 di rumah mereka dan memasak organ-organnya.
Diketahui, terpidana tersebut sering bertengkar dengan ibunya, meminta uang untuk membeli alkohol.
Dalam sidang pada 11 Desember 2024, Mahkamah Agung untuk sementara menangguhkan putusan Pengadilan Tinggi dan pengadilan tingkat pertama tentang hukuman mati setelah ditentang oleh terpidana.
Pengadilan menetapkan standar "paling langka dari yang langka" untuk membenarkan hukuman mati di India.
Panel yang terdiri dari tiga hakim Mahkamah Agung, yaitu hakim Surya Kant, Pankaj Mithal, dan Ujjal Bhuyan, mengeluarkan pemberitahuan kepada para pihak dalam kasus tersebut untuk menyerahkan semua dokumen dan catatan yang relevan untuk peninjauan kasus tersebut.
Baca juga: India Sukses Uji Coba Rudal Hipersonik Bikinan Sendiri, Masuk Daftar Negara Elite
"Catatan pengadilan tingkat pertama serta Pengadilan Tinggi beserta versi terjemahan dan salinan lunaknya harus diminta," kata perintah tersebut.
Kasus tersebut akan disidangkan berikutnya pada 14 April 2025.
Meneguhkan putusan pada Oktober, Pengadilan Tinggi mengatakan: "Kasus tersebut termasuk dalam kategori paling langka dari yang langka. Terpidana tidak hanya membunuh ibunya tetapi juga mengambil bagian tubuhnya, otak, jantung, hati, ginjal, usus dan memasaknya di wajan".
"Tidak ada peluang bagi terpidana untuk berubah karena ia memiliki kecenderungan kanibalisme," tambah Pengadilan Tinggi.
Insiden itu terungkap ketika seorang gadis berusia delapan tahun dari lingkungan itu masuk ke rumah dan menemukan jasad wanita itu tergeletak di genangan darah.
Anak laki-laki itu juga terlihat dengan tangan dan pakaiannya berlumuran darah.
Setelah berita itu tersebar di desa, segerombolan orang yang marah memukulinya sebelum seorang polisi tiba di tempat kejadian dan menyelamatkan Kuchkoravi dari hukuman gantung.
Petugas Sanjay More, yang menyelamatkan Kuchkoravi, mengatakan kepada Times of India dalam sebuah wawancara pada Oktober bahwa ia memohon agar hidupnya diampuni dengan janji akan mendapatkan hukuman mati untuknya.
Baca juga: Won Korea Selatan Sentuh Level Terendah Imbas Politik Dalam Negeri
"Saya masih merinding mengingat pembunuhan brutal itu," katanya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini