WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dijadwalkan melakukan percakapan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin (19/5/2025) waktu setempat.
Langkah ini menjadi bagian dari upaya diplomatik Trump untuk mengakhiri konflik bersenjata yang dipicu oleh invasi Moskwa ke Ukraina sejak 2022.
Trump berulang kali menyatakan ambisinya untuk mengakhiri perang dalam waktu singkat setelah kembali menjabat pada Januari 2025. Namun, hingga kini, diplomasi yang ia tempuh belum membuahkan hasil signifikan.
Baca juga: Zelensky dan JD Vance Bahas Rencana Telepon Trump-Putin di Roma
Pekan lalu, delegasi Rusia dan Ukraina menggelar pertemuan langsung di Istanbul, Turkiye yang pertama dalam hampir tiga tahun.
Meski pertemuan itu disebut sebagai langkah awal yang penting, pembicaraan berakhir tanpa kesepakatan gencatan senjata.
Ukraina mengkritik keras Moskwa karena mengirim delegasi beranggotakan pejabat berpangkat rendah, yang dinilai tidak memiliki wewenang untuk mengambil keputusan.
“Rusia mengirim delegasi ‘palsu’,” kecam pihak Ukraina.
Usai perundingan di Istanbul, Trump mengumumkan rencananya untuk berbicara langsung dengan Putin (Trump telepon Putin).
Ia menyebut percakapan itu sebagai langkah penting untuk menghentikan pertumpahan darah di Ukraina, yang telah menimbulkan kehancuran besar dan menyebabkan jutaan warga mengungsi.
Baca juga: Senin, Trump Akan Hubungi Putin dan Zelensky, Dorong Gencatan Senjata
Trump juga menyatakan akan berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky serta para pejabat NATO. Ia berharap langkah-langkah ini bisa membuka jalan menuju gencatan senjata dan mengakhiri perang yang telah berlangsung keras selama lebih dari tiga tahun.
Sejak awal masa jabatannya, Trump mendesak dilakukannya gencatan senjata tanpa syarat selama 30 hari. Namun, pendekatan yang ia ambil cenderung menekan Ukraina dan menghindari kritik langsung terhadap Moskwa.
Sebelumnya, baik Kremlin maupun Gedung Putih menegaskan pentingnya pertemuan langsung antara Trump dan Putin dalam penyelesaian konflik tersebut. Trump bahkan menyatakan, tidak akan terjadi apa-apa sampai ia bertemu langsung dengan pemimpin Rusia itu.
Pertemuan di Istanbul juga menghasilkan kesepakatan awal untuk pertukaran 1.000 tahanan dari masing-masing pihak. Kedua negara bertukar gagasan mengenai kemungkinan gencatan senjata, meski belum ada komitmen resmi yang disepakati.
Juru runding utama Ukraina, Menteri Pertahanan Rustem Umerov, menyebut, langkah berikutnya yang diharapkan adalah pertemuan antara Putin dan Zelensky. Pihak Rusia menanggapi dengan hati-hati.
“Kami menganggapnya mungkin, tetapi hanya sebagai hasil dari kerja keras dan setelah mencapai hasil tertentu dalam bentuk kesepakatan antara kedua belah pihak,” ujar juru bicara Kremlin.
Baca juga: Putin Bisa Bertemu Zelensky, Kremlin: Syaratnya Harus Ada Kesepakatan Tertentu