ESKALASI konflik antara Iran dan Israel saat ini turut membuka babak baru dalam dinamika percaturan konflik di kawasan Timur-Tengah.
Pada 13 Juni kemarin, Israel melakukan serangkaian serangan pre-emptive yang dinamai Operation Rising Lion kepada Iran yang menyasar fasilitas nuklir Natanz, Fordow, dan Isfahan.
Serangan tersebut juga menyasar kediaman para petinggi IRGC yang turut menewaskan Komandan IRGC Hossein Salami dan beberapa ilmuan nuklir Iran.
Tidak tinggal diam, Iran memberikan serangan balasan dengan meluncurkan lebih dari 150 rudal balistik dan lebih dari 100 drone kepada Israel pada hari selanjutnya.
Jika melihat kebelakang, Iran dan Israel pernah menjalin hubungan baik di masa pemerintahan Shah Reza Pahlevi pada 1950-an.
Hubungan tersebut, didasari atas kepentingan Israel dalam menjalin hubungan dengan negara non-Arab dalam kerangka periphery doctrine.
Baca juga: Membaca Serangan Dadakan Israel atas Iran dan Implikasinya
Iran saat itu juga diuntungkan karena dapat melakukan expor minyak ke Israel serta mendapatkan dukungan pelatihan intelijen dan militer dari Israel.
Melihat hubungan dekat keduanya, maka absennya Iran dalam berbagai perang Arab-Israel dapat dimaklumi, baik dalam perang pertama tahun 1947, Perang Enam Hari 1967 dan Perang Yom Kippur 1973.
Namun, bulan madu hubungan keduanya harus kandas dengan lahirnya Revolusi Islam Iran di tahun 1979.
Sejak saat itu, di bawah kepemimpinan Ayatollah Khomeini, Iran memutus semua hubungan dengan Israel dan menyebut negara tersebut sebagai ‘setan kecil’, sementara Amerika Serikat (AS) disebut sebagai ‘setan besar’.
Sikap antiterhadap Israel ini terus berlanjut pada 2005, ketika presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan bahwa Israel harus dihapus dari peta dunia dan dicap sebagai ‘disgraceful blot’ atau noda memalukan, menambah daftar rusaknya hubungan kedua belah pihak.
Sejak Israel melakukan serangan kepada Gaza pada akhir 2023, ketegangan hubungan Iran dan Israel memang sudah terlihat.
Israel menuding Iran sebagai pihak yang menyokong Hamas dalam melakukan perlawanan terhadap Israel.
Selama ini, Iran menunjukkan pola perang bayangan atau shadow war terhadap Israel dan Amerika Serikat.
Iran melakukan perlawanan dengan bermain di belakang layar dan membentuk jaringan proksi melawan Israel serta memberikan dukungan persenjataan dan pembiayaan terhadap kelompok Hezbollah di Lebanon serta Houthi di Yaman.