WASHINGTON, KOMPAS.com - Gunung berapi bawah laut tidak terlihat dan sering tidak dipikirkan khalayak umum. Namun, peringatan terbaru dari para ilmuwan tentang kemungkinan letusan gunung berapi bawah laut dalam waktu dekat telah menarik perhatian sejumlah orang.
Salah satu gunung berapi bawah laut yang kemungkinan akan meletus adalah Axial Seamount, gunung berapi sekitar 480 km di lepas pantai Oregon, Amerika Serikat.
Para ahli mengatakan gunung berapi ini sedang "pemanasan" dan menunjukkan tanda-tanda bisa meletus dalam waktu setahun ke depan.
Baca juga: Gunung Berapi di Islandia Meletus untuk Ke-10 Kalinya dalam Tiga Tahun
Gempa bumi baru-baru ini di Pulau Santorini, Yunani, juga telah mendorong para ilmuwan untuk menyelidiki kaldera—kawah besar gunung berapi—di pulau itu dan gunung berapi bawah laut terdekat, Kolombo.
Letusan keduanya tinggal menunggu waktu. Jadi haruskah kita khawatir?
Gunung berapi adalah rekahan dari kerak Bumi yang memungkinkan abu panas, gas, dan batuan cair—juga dikenal sebagai magma—untuk keluar dari perut bumi.
Gunung berapi biasanya dianggap sebagai gunung raksasa, seperti Gunung Vesuvius atau Gunung Etna, yang memuntahkan lahar oranye nan spektakuler.
Namun, para ahli meyakini sekitar dua pertiga dari semua gunung berapi di Bumi ada di bawah air.
Gunung-gunung yang tersembunyi di kedalaman laut, terkadang di kedalaman ribuan meter, dapat menjadi habitat bagi banyak spesies yang tidak kita kenal dan menciptakan pulau-pulau baru setelah Meletus.
Seperti gunung berapi di darat, gunung berapi bawah laut juga dapat memicu gempa bumi dan tsunami, terkadang dengan konsekuensi yang besar.
Pada 2022, letusan gunung berapi Hunga-Tonga Hunga-Ha'apai di Tonga memicu tsunami di Samudra Pasifik—dengan gelombang yang menjangkau Australia, Selandia Baru, Jepang, dan pantai barat Amerika Utara dan Selatan.
Tiga orang meninggal, ratusan rumah rusak, dan Tonga terisolasi dari dunia selama lima minggu karena kabel internet bawah laut telah terputus.
Sebagian besar gunung berapi bawah laut terbentuk saat lempeng tektonik besar—yang membentuk lapisan terluar Bumi—terpisah atau saling bergesekan.
Inilah yang memungkinkan magma naik dari dalam kerak bumi.
Lempeng-lempeng tektonik ini menutupi seluruh dunia, sehingga gunung berapi bawah laut dapat ditemukan di hampir setiap bagian dunia—dari Samudra Atlantik dan Pasifik hingga Laut Mediterania.
Terkadang, gumpalan panas naik ke atas, di tengah lempeng tektonik, membentuk gunung berapi.
Dr Isobel Yeo, vulkanolog kelautan di National Oceanography Centre (NOC) Inggris, mengatakan pertemuan magma dengan air laut membuat letusan gunung berapi laut berbeda dari gunung berapi di darat.
"Bayangkan, jika kita menyiram air ke wajan panas. Itu akan berubah jadi uap. Kita mendapatkan reaksi yang sama pada sistem vulkanik dangkal," katanya, sambil menjelaskan bahwa ini berlaku untuk gunung berapi di kedalaman beberapa ratus meter di bawah air.
Untuk gunung berapi yang lebih dalam, tidak ada reaksi ledakan karena tekanan yang diberikan oleh air.