SWEIDA, KOMPAS.com – Puluhan kantong jenazah terlihat masih berjajar di halaman belakang rumah sakit utama Kota Sweida, Suriah, pada pekan ini. Sebagian besar jenazah belum teridentifikasi dan mulai membusuk akibat terpapar panas ekstrem.
Bau menyengat tercium bahkan sebelum tim jurnalis berbelok ke halaman belakang rumah sakit tersebut.
Di lokasi itu, lebih dari 90 mayat korban kekerasan dalam sepekan terakhir diletakkan dalam kantong-kantong putih.
Baca juga: Suku Badui Mundur dari Sweida, Konvoi Bantuan Kemanusiaan Mulai Masuk Suriah
Para petugas medis menyampaikan bahwa proses pemakaman belum dapat dilakukan. Pertempuran yang terus terjadi di sekitar wilayah membuat mereka kesulitan mengevakuasi dan menguburkan jenazah.
Sebagian mayat baru saja diangkat dari halaman depan rumah sakit saat tim jurnalis tiba. Petugas menyebutkan bahwa korban akan dimakamkan di kuburan massal dekat rumah sakit, dengan harapan dapat dilakukan penyelidikan menyeluruh di masa depan.
Situasi di dalam rumah sakit pun tak kalah memprihatinkan. Listrik dan koneksi internet terputus di seluruh kota dan desa-desa sekitarnya. Rumah sakit bergantung pada generator untuk menerangi lorong-lorong yang gelap.
Fasilitas medis terbatas, makanan dan air bersih semakin langka. Para dokter menyatakan bahwa pasokan obat-obatan dan alat medis nyaris habis, sementara kondisi kebersihan sangat buruk.
Dokter Obeida Abu Fakher, kepala dokter residen di rumah sakit tersebut, mengungkapkan bahwa pasien-pasien yang selamat dari operasi darurat justru terancam akibat infeksi. Banyak dari mereka dioperasi di lorong-lorong rumah sakit karena ruang operasi penuh.
"Saya rasa Anda bisa mencium bau busuk dari lukanya?" kata dr. Fakher saat memeriksa seorang pemuda yang baru saja diperban ulang oleh petugas medis.
"Ini masalah besar. Semua pasien yang dirawat pasca-operasi sekarang terinfeksi dan berisiko meninggal di sini," imbuhnya, sebagaimana diberitakan Sky News pada Rabu (23/7/2025).
Baca juga: Bentrokan di Wilayah Druze Memanas, Suriah Upayakan Gencatan Senjata
Bangsal-bangsal penuh oleh korban sipil yang terluka akibat konflik bersenjata antara kelompok suku dan kepentingan politik di wilayah Druze, salah satu yang terburuk sejak pemerintahan Bashar Al Assad digulingkan.
Salah satu korban adalah Hajar (21), perempuan yang tengah hamil sembilan bulan. Ia tertembak di kedua kakinya. Meski nyawanya dapat diselamatkan, tim medis tidak berhasil menyelamatkan bayinya.
Seorang perawat pria terlihat menangis tersedu di sudut bangsal tempat Hajar dirawat. Ia terbaring tak bergerak di ranjang rumah sakit, dengan perban menahan luka parah di kakinya yang masih menggumpal darah.
"Ia membutuhkan operasi oleh dokter spesialis, tapi kami tidak bisa melakukannya saat ini," ujar seorang dokter.
Hajar hanyalah satu dari puluhan korban yang memadati rumah sakit, sementara puluhan ribu warga lainnya terdampak akibat kekerasan selama 10 hari terakhir.
Baca juga: Dubes AS Sebut Pembunuhan Warga Palestina-Amerika oleh Pemukim Israel sebagai Aksi Terorisme