Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Asia Tenggara Kini Jadi "Idaman" Kampus Dunia

Kompas.com - 11/08/2025, 20:13 WIB
Inas Rifqia Lainufar

Editor

Pada Juli, Norwegia melonggarkan persyaratan Bahasa Norwegia untuk masuk universitas dan menyederhanakan jalur kerja bagi kandidat doktor (PhD) internasional. 

Yang terpenting, mereka menyesuaikan kembali biaya kuliah untuk mahasiswa asing setelah kenaikan tarif sebelumnya yang menyebabkan penurunan tajam dalam pendaftaran.

Pada Mei, Komisi Eropa meluncurkan "Choose Europe Initiative”, program senilai 500 juta euro (sekitar Rp 9,45 triliun) untuk menarik peneliti kelas dunia.

Program ini mencakup perluasan hibah jangka panjang melalui European Research Council dan penggandaan hibah tambahan bagi peneliti yang pindah ke Eropa.

Asia Timur kini lebih menarik

Namun, ada tanda bahwa mahasiswa Asia Tenggara kini semakin melirik kawasan studi yang lebih dekat.

Studi terbaru British Council menemukan penurunan jumlah mahasiswa dari Malaysia, Singapura, dan Thailand yang mendaftar ke institusi di Inggris sejak 2015.

Jepang kini menampung tuan rumah bagi lebih banyak mahasiswa Vietnam dibanding negara berbahasa Inggris mana pun. Pergeseran ini sebagian didorong oleh peningkatan kualitas pendidikan tinggi di Asia.

Pada 2024, sebanyak 23 universitas Asia Timur masuk daftar QS World University Rankings 100 besar dunia, naik 35 persen dibanding 2015.

Peluang di tengah isolasi AS

Situasi politik di Amerika Serikat (AS) saat ini bisa menjadi peluang bagi universitas Eropa. Sejak kembali menjabat pada Januari, pemerintahan Trump mengambil pendekatan lebih ketat terhadap pendanaan akademik dan mobilitas mahasiswa.

Beasiswa Fulbright dilaporkan dipangkas, memengaruhi lebih dari 7.400 akademisi asing. 

Gedung Putih juga memotong dana sebesar 400 juta dollar AS (sekitar Rp 6,48 triliun) untuk Universitas Columbia dan 800 juta dollar AS (sekitar Rp 12,9 triliun) untuk Johns Hopkins. 

Puluhan ribu visa mahasiswa internasional dilaporkan telah dicabut, meski angka resmi belum dikonfirmasi.

Pada Maret, survei Nature mengungkapkan, tiga perempat ilmuwan di AS mempertimbangkan untuk hengkang dari negara itu.

Sementara banyak universitas Eropa berupaya menarik akademisi AS yang kecewa, sebagian juga memanfaatkan ketidakstabilan akademik di AS untuk menggaet mahasiswa dari Asia, khususnya Cina dan Asia Tenggara.

Baca juga: Setelah Harvard, Universitas Columbia Jadi Target Trump Gegara Mahasiswa Yahudi

Artikel ini pernah tayang di DW Indonesia dengan judul Mahasiswa Asia Tenggara Kian Diminati Universitas Dunia.

 

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau