Sementara AP News mencatat, peluncuran Diella sempat diwarnai ejekan dari oposisi yang menilai langkah itu sebagai “teater politik digital” semata.
Namun Rama dan pendukungnya melihat ini sebagai simbol modernisasi. Mereka menganggap integrasi AI ke dalam birokrasi adalah bagian dari upaya Albania menunjukkan kesiapannya bergabung lebih erat dengan Uni Eropa.
“Jika sebelumnya Diella melayani publik lewat internet, kini ia akan bekerja di jantung pemerintahan,” kata Rama.
Meski tampak futuristik, banyak pakar memperingatkan bahwa langkah ini membuka wilayah hukum dan etika baru.
Sejumlah analis juga menyoroti risiko lain—bahwa jika konteks pemerintahan masih sarat kepentingan politik, maka digitalisasi justru bisa mempercepat penyebaran bias.
Seorang komentator Albania bahkan menyindir, “Bahkan Diella pun bisa dikorupsi di Albania.”
Namun Rama bersikeras langkahnya punya arah jelas. Ia menegaskan, sistem berbasis AI akan menjadikan pemerintahan lebih efisien dan transparan.
“Kami akan melangkah bersama Diella,” tegasnya.
Baca juga: UE Buka Pembicaraan Keanggotaan dengan Albania dan Makadonia Utara
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang