KOMPAS.com - Aparat gabungan dari Polres Malang, Satpol PP Kabupaten Malang, dan Muspika Kecamatan Gondanglegi menggelar operasi penertiban di warung "kopi cetol" yang berlokasi di Pasar Gondanglegi pada Sabtu (5/1/2024).
Dalam operasi tersebut, sebanyak 51 orang diamankan, termasuk tujuh anak di bawah umur.
Keberadaan warung kopi cetol ini dinilai meresahkan masyarakat karena diduga menjadi tempat praktik prostitusi terselubung.
Pengunjung warung kopi cetol bisa berinteraksi langsung dengan para pramusaji, yang dalam praktiknya mencakup kegiatan menyentuh pramusaji.
Cetol dalam Bahasa Jawa berarti mencubit bagian tubuh seperti pipi, tangan, atau paha.
Baca juga: Penertiban Warung Kopi Cetol di Malang, 51 Orang Diamankan, Termasuk Anak di Bawah Umur
Dalam jurnal yang berjudul Perempuan Sebagai Komoditas Warung Kopi Cetol di Desa Gondanglegi, dijelaskan bahwa kopi cetol di Desa Gondanglegi, Kabupaten Malang, Jawa Timur adalah fenomena unik mencuri perhatian masyarakat.
Warung kopi yang dikenal dengan nama Warung Kopi Cetol telah menjadi pembicaraan hangat, bukan hanya karena cita rasa kopi yang disajikan, tetapi juga karena pola interaksi antara pelanggan dan pelayan yang dianggap tidak biasa.
Dalam penelitian Universitas Negeri Malang itu dijelaskan bahwa warung ini dioperasikan oleh pelayan perempuan remaja yang berpenampilan menarik dengan pakaian ketat dan riasan mencolok.
Selain menyajikan kopi, pelayan-pelayan ini menawarkan “pelayanan tambahan” berupa gestur mesra seperti mencubit, menyentuh, atau berinteraksi secara manja dengan pelanggan.
Beberapa pelanggan bahkan dapat melanjutkan hubungan di luar warung, baik dengan bertukar nomor telepon maupun melakukan aktivitas di tempat lain, seperti jalan-jalan hingga check-in di penginapan.
Baca juga: Razia Warung Kopi Diduga Prostitusi Terselubung di Malang, Polisi Temukan 7 Pelayan Anak Perempuan
Di warung ini, ada semacam kode yang tidak tertulis antara pelanggan dan pelayan. Pelayan tidak hanya melayani kopi tetapi juga menonjolkan daya tarik fisik sebagai strategi menarik pelanggan.
Beberapa pelayan bahkan bersedia menemani pelanggan lebih jauh, tergantung pada kesepakatan di antara mereka. Namun, tidak semua pelanggan memanfaatkan pelayanan tambahan ini.
Sebagian hanya datang untuk menikmati suasana santai sambil menyeruput kopi khas.
Di jurnal tersebut dijelaskan, di balik fenomena ini, ada alasan mendasar mengapa perempuan muda memilih bekerja sebagai pelayan di Warung Kopi Cetol.
Faktor ekonomi menjadi alasan utama. Seorang pelayan berinisial LD, 20 tahun, menyatakan bahwa pekerjaan ini memberikan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Baca juga: Praktik Prostitusi Terselubung di Bengkulu Dibongkar