Hal ini menyusul tindakan represif yang dilakukan oleh aparat kepada masyarakat dalam gelaran demo beberapa waktu ini.
Gedung yang terletak di pertemuan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, itu bukan sekadar kantor polisi.
Ia menyimpan jejak panjang sejarah kepolisian di ibu kota sejak masa kolonial Belanda hingga era modern.
Dilansir dari Kompas.id, bagi generasi lama, markas besar ini dahulu dikenal dengan sebutan Komdak. Sebutan tersebut merujuk pada istilah Komando Daerah Kepolisian yang digunakan pada era 1960-an hingga 1970-an sebelum akhirnya berubah menjadi Polda Metro Jaya.
Kini, kawasan tersebut menjadi pusat komando kepolisian terbesar dan tersibuk yang mengawasi wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Dari Batavia ke Jakarta
Sejarah Polda Metro Jaya bermula pada masa kolonial Belanda dengan berdirinya Hoofdbureau van Politie Batavia atau Kantor Besar Kepolisian Batavia.
Lokasinya berada di Koningsplein West, kini Jalan Merdeka Barat, dan berfungsi menjaga keamanan Batavia agar masyarakat, baik kalangan Eropa maupun pribumi, bisa hidup tenang dari ancaman bandit dan perampok.
Struktur kepolisian Batavia kala itu terdiri dari unit reserse kriminal, ekonomi, identifikasi dan fotografi, lalu lintas, hingga susila.
Pembagian wilayahnya cukup rinci, terbagi ke dalam tujuh seksi yang meliputi Tanjung Priok, Glodok, Pasar Baru, Gambir, Menteng, Kwitang, dan Jatinegara, serta sejumlah subseksi di wilayah pinggiran seperti Pesing, Karet, Palmerah, dan Cempaka Putih.
Pada masa pendudukan Jepang, organisasi kepolisian mengalami perombakan. Jepang mendirikan Jawatan Kepolisian Negara di Jalan Juanda dengan membawahi Kepolisian Istimewa Jakarta Kota (Jakarta Tokubetsu Shi Keisatsu Sho) dan Kepolisian Keresidenan Jakarta. Wilayah pengawasannya jauh lebih luas, bahkan hingga ke Subang, Jawa Barat.
Setelah Indonesia merdeka, kepolisian Jakarta ikut terombang-ambing dalam dinamika revolusi.
Barulah pada 6 Desember 1949, dibentuk Kepolisian Komisariat Jaya yang dipimpin Komisaris Besar Polisi Tingkat I R. Ating Natadikusuma. Tanggal inilah yang kemudian diperingati sebagai hari lahir Polda Metro Jaya.
Kelahiran Polda Metro Jaya
Pada tahun 1963, kantor Komisariat Jaya pindah ke lokasi Polda Metro Jaya yang sekarang di Jalan Jenderal Sudirman.
Presiden pertama RI, Soekarno, menyetujui pembangunan di atas lahan 17 hektar, meski realisasinya hanya 7 hektar, dengan anggaran sekitar Rp 4 miliar. Proyek gedung utama selesai dibangun pada 1970.
Dua tahun setelah kepindahan itu, nama Komisariat Jaya berubah menjadi Komando Daerah Kepolisian VII Jaya atau Komdak VII Jaya.
Namun, pada 1967, sebutan tersebut kembali berubah menjadi Komando Daerah Kepolisian Metro Jakarta Raya atau Komdak Metro Jaya.
Sejak 1979, istilah komando dihapus untuk menghilangkan kesan militeristik, dan bergantilah nama menjadi Daerah Kepolisian Metro Jaya. Nama ini bertahan hingga kini sebagai Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya).
Polda Metro Jaya memiliki kewenangan khusus karena mengamankan ibu kota. Wilayah hukumnya mencakup Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Statusnya pun berbeda dari polda lain karena dikategorikan sebagai Polda Tipe A Khusus.
Gedung Promoter sebagai Ikon Baru
Seiring perkembangan zaman, Polda Metro Jaya pun memperbarui sarana dan prasarananya. Pada Januari 2018, Gedung Promoter resmi diresmikan oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang saat itu menjabat.
Gedung setinggi 23 lantai itu berdiri megah di kompleks Polda Metro Jaya sebagai pusat aktivitas pimpinan.
Promoter merupakan akronim dari Profesional, Modern, Terpercaya, semboyan Polri dalam menjalankan tugasnya.
Gedung ini menggantikan gedung utama lama dan sempat direncanakan bernama Gedung Densus 88.
Pembangunannya sendiri memakan waktu panjang yakni sekitar 13 tahun dengan biaya Rp 498 miliar, dimulai sejak era Kapolda Metro Jaya Irjen Firman Gani pada 2004.
Kini, Gedung Promoter tidak hanya berfungsi sebagai kantor Kapolda dan Wakapolda, tetapi juga menjadi pusat komando modern bagi jajaran kepolisian Jakarta Raya.
Di sekelilingnya, berdiri gedung-gedung direktorat penting seperti Reserse Kriminal Umum, Reserse Narkoba, Lalu Lintas, hingga Humas dan Bidang Kedokteran Kepolisian.
Keberadaan gedung baru itu diharapkan mampu mendorong kinerja aparat agar lebih profesional, sejalan dengan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan publik yang cepat, transparan, dan akuntabel.
https://www.kompas.com/properti/read/2025/08/29/140000921/sejarah-polda-metro-jaya-tempat-bem-si-serukan-demo-siang-ini