KOMPAS.com – Tragedi gempa bumi dan tsunami yang melanda Kota Palu, Sulawesi Tengah, pada tahun 2018 meninggalkan duka mendalam dan kehancuran luas, termasuk menelan Masjid Nurul Yaqin yang menjadi kebanggaan.
Namun, dari puing-puing kehancuran itu, lahirlah sebuah simbol kebangkitan dan ketahanan komunitas: Islamic Centre Nurul Yaqin Mosque.
Baca juga: Tiga Karya Indonesia Masuk Nominasi Aga Khan Award for Architecture
Masjid baru ini, yang selesai dibangun pada tahun 2022, tidak hanya menggantikan apa yang hilang, tetapi juga menciptakan ruang baru yang mewakili semangat juang kota ini.
Kini, kebangkitan arsitektur ini mendapat pengakuan global. Islamic Centre Nurul Yaqin Mosque telah masuk dalam daftar 19 proyek terpilih (shortlisted) untuk Aga Khan Award for Architecture (AKAA) 2025 Cycle, salah satu penghargaan arsitektur paling bergengsi di dunia dengan total hadiah 1 juta dolar AS.
Konsep utamanya adalah menciptakan ruang bagi komunitas untuk beribadah dan berkumpul, sekaligus harmonis dengan alam.
Baca juga: Sabet Penghargaan Bergengsi Aga Khan Award 2022, Ini Daya Tarik Bandara Internasional Banyuwangi
Masjid ini terdiri dari dua bangunan utama yang mencakup aula salat serta ruang utilitas untuk pengunjung dan imam.
Salah satu fitur paling menonjol adalah area komunal terbuka di luar yang menjadi tempat relaksasi atau penyelenggaraan acara komunitas.
Sebuah kolam air dangkal yang mengelilingi masjid memberikan kesan "mengambang", menyoroti pentingnya hidup selaras dengan alam.
Secara material, masjid ini didominasi oleh beton dan bata, dengan lantai teraso berwarna biru yang menawan.
Baca juga: Bandara Internasional Banyuwangi Sabet Penghargaan Aga Khan Award 2022
Ornamennya sengaja dibuat sederhana, menekankan ventilasi alami dan perawatan minimal, mencerminkan pendekatan desain yang fungsional dan berkelanjutan.
Aula salat dengan desain barrel-vaulted memberikan sentuhan modern pada bentuk kubah masjid tradisional.
Aga Khan Award for Architecture, yang didirikan oleh mendiang Pangeran Karim Aga Khan IV pada tahun 1977, bertujuan mengidentifikasi dan mendorong konsep bangunan yang berhasil menjawab kebutuhan dan aspirasi komunitas dengan kehadiran Muslim yang signifikan.