KOMPAS.com – Generasi Z (Gen Z) bukan lagi sekadar penonton di pasar properti Indonesia.
Dengan jumlah yang mencapai sekitar 75 juta jiwa pada tahun 2025 dan daya beli yang mulai tumbuh di kalangan pekerja, Gen Z kini menjadi target pasar properti yang sangat signifikan.
Mereka membawa seperangkat preferensi unik yang berbeda jauh dari generasi sebelumnya: melek teknologi, sadar lingkungan, dan mendambakan fleksibilitas.
Jadi, rumah seperti apa yang sebenarnya diinginkan oleh Gen Z di kota-kota besar?
Berbeda dengan orang tua mereka yang mungkin memimpikan rumah tapak besar, Gen Z cenderung memprioritaskan pengalaman, keberlanjutan, dan efisiensi daripada kepemilikan aset besar.
Baca juga: Rumah Subsidi buat Gen Z di Sukamara, Mulai Rp 142 Juta
CEO PT Property Leads Service Indonesia Hendra Hartono mengungkapkan, mereka sangat terpengaruh oleh tren digital dan media sosial, mencari hunian yang bisa "Instagramable" dan sesuai dengan identitas modern mereka.
Gen Z tertarik pada properti yang terjangkau, strategis, serta mendukung gaya hidup wellness dan sustainability.
"Tak hanya itu, Gen Z lebih memilih apartemen atau rumah kompak di perkotaan dibandingkan rumah tapak besar di pinggiran kota, alasan utamanya adalah aksesibilitas dan konektivitas," ujar Hendra kepada Kompas.com.
Apartemen kompak, desain minimalis dan multifungsi sangat disukai Gen Z. Mereka juga terobsesi dengan tata ruang terbuka dan multifungsi.
Fitur yang wajib ada adalah sistem penyimpanan built-in, furnitur modular, dan teknologi pintar (smart home systems) untuk efisiensi ruang dan kenyamanan.
Ukuran idaman buat Gen Z adalah sekitar 21–36 meter persegi. Bagi mereka, rumah dengan ukuran ini sangat mudah dijangkau.
Baca juga: Investasi Properti Tumbuh 8,1 Persen, Kenapa Gen Z Ogah Beli Rumah?
Selain itu, halaman kecil untuk taman mini, desain modular untuk ekspansi, dan fasilitas komunal seperti taman bermain atau jalur jogging.
Tawaran hunian mixed use di kawasan strategis juga dilirik Gen Z, terutama yang terintegrasi dengan pusat perbelanjaan, kafe, dan co-working space.
Kawasan seperti SCBD, Sudirman, atau Kelapa Gading (Kepala Naga) menjadi favorit karena konektivitas ke MRT/LRT dan gaya hidup urban yang dinamis.
Fasilitas seperti gym, kolam renang, dan ruang komunal untuk networking, serta desain biofilik yang mengedepankan koneksi dengan alam akan menjadi pertimbangan utama.
Gen Z juga sangat peduli pada kesehatan mental, fisik, dan lingkungan. Mereka mencari properti dengan elemen sustainability (ventilasi alami, panel surya, material ramah lingkungan) dan fasilitas wellness (ruang yoga/meditasi, taman hijau).
Baca juga: Sindiran Gen Z: Ukuran Rumah Subsidi Makin Sempit, Jadi Subsi-DIE
Last but not least, co-living juga diminati Gen Z karena menawarkan biaya lebih rendah dan fleksibilitas. Konsep ini populer di kalangan pekerja lepas dan profesional muda yang mengutamakan komunitas dan kolaborasi.
Fitur yang sahib ada yakni ruang kerja bersama, dapur komunal, dan acara komunitas seperti workshop atau networking.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini