Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/07/2025, 09:29 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Pertanyaan “siapa raja pertama Inggris?” tampak sederhana, namun jawabannya membawa kita ke dalam kisah sejarah yang penuh lapisan dan kompleksitas. Banyak sejarawan sepakat bahwa Aethelstan adalah raja pertama Inggris yang sesungguhnya.

Namun, untuk memahami mengapa ia mendapatkan gelar tersebut, kita perlu melihat lebih jauh ke masa awal kerajaan-kerajaan Anglo-Saxon dan para tokoh yang lebih dulu menapaki jalan menuju persatuan Inggris.

Awal Mula: Dari Tanah Angles Menuju Inggris

Nama “England” berasal dari kata dalam bahasa Inggris Kuno, Englaland, yang berarti “tanah para Angles”—salah satu suku bangsa Jermanik yang, bersama Jutes, Saxons, dan Frisians, mulai menetap di tanah bekas provinsi Romawi, Britannia, sejak abad ke-5 Masehi.

Pada abad ke-6, budaya Jermanik ini mulai bercampur dengan warisan Romawi-Britania yang sudah ada, membentuk berbagai kerajaan kecil yang mencerminkan struktur sosial masyarakat, bukan batas-batas geografis. Dari kerajaan-kerajaan kecil itu lahirlah tujuh kerajaan besar yang dikenal sebagai Heptarchy: Kent, Sussex, East Anglia, Northumbria, Essex, Wessex, dan Mercia.

Namun, jangan bayangkan struktur kekuasaan yang rapi. Setiap kerajaan besar ini memiliki penguasa lokal dan sistem hubungan timbal balik berbasis kesetiaan, perlindungan, dan kewajiban ekonomi. Persaingan kekuasaan pun tak terhindarkan.

Baca juga: Siapa Penutur Pertama Bahasa Inggris?

Perebutan Dominasi: Mercia, Wessex, dan Konsep Bretwalda

Selama abad ke-8, Mercia sempat unggul dan mendominasi kerajaan-kerajaan lain. Konsep bretwalda, istilah dalam Anglo-Saxon Chronicle untuk menyebut penguasa yang memiliki kendali atas wilayah lain, mulai muncul untuk menggambarkan para penguasa semacam ini.

Namun, dominasi Mercia berakhir setelah Raja Eghbert dari Wessex mengalahkan mereka di Pertempuran Ellendun tahun 825. Kemenangan ini membuat kerajaan-kerajaan lain mengakui keunggulan Wessex. Eghbert bahkan dijuluki bretwalda, menjadikannya kandidat awal sebagai raja pertama Inggris.

Yang membuat Wessex istimewa adalah keberhasilan mereka menerapkan sistem suksesi turun-temurun. Setelah Eghbert wafat, putranya Aethelwulf naik takhta, diikuti oleh tiga putranya yang lain secara berturut-turut. Dari jalur inilah lahir Alfred, salah satu tokoh paling legendaris dalam sejarah Inggris.

Baca juga: Matahari Akhirnya Terbenam di Wilayah Kerajaan Inggris

Alfred Sang Tak Terduga: Raja yang Melawan Viking dan Membangun Identitas Bangsa

Alfred awalnya tidak ditakdirkan menjadi raja. Namun setelah kematian saudaranya Aethelred dalam pertempuran melawan pasukan Viking, ia naik takhta Wessex. Saat itu, Inggris sedang diguncang oleh serangan besar yang disebut sebagai Great Heathen Army—pasukan gabungan Viking dari Denmark, Norwegia, dan Swedia.

Setelah bertahan dan akhirnya menang dalam Pertempuran Edington tahun 878, Alfred menandatangani perjanjian damai dengan pemimpin Viking, Guthrum. Wilayah kekuasaan Viking di utara Inggris kemudian dikenal sebagai Danelaw.

Alfred tidak berhenti pada kemenangan militer. Ia memperkuat pertahanan dengan membangun sistem benteng (burhs), membentuk angkatan laut, serta melakukan reformasi militer dan budaya. Ia juga mendorong pendidikan dan penerjemahan karya-karya penting ke dalam bahasa Inggris Kuno. Tak heran bila dalam dokumen-dokumen resmi, Alfred dijuluki “Raja Anglo-Saxon.”

Namun, apakah itu cukup untuk menjadikannya raja pertama Inggris? Sebagian sejarawan menganggap belum.

Baca juga: Mengapa Pengawal Kerajaan Inggris Memakai Topi Tinggi?

Aethelstan: Raja Pertama Inggris yang Sesungguhnya

Putra Alfred, Edward the Elder, melanjutkan perjuangan ayahnya dan setelah wafat tahun 924, takhta diserahkan kepada putranya, Aethelstan. Ia dinobatkan sebagai Raja Anglo-Saxon pada tahun 925, namun tak berhenti di situ.

Aethelstan menghabiskan satu dekade berikutnya untuk menundukkan wilayah-wilayah utara seperti York dan Northumbria, yang sebelumnya dikuasai oleh Viking. Puncak kejayaannya datang pada tahun 937 dalam Pertempuran Brunanburh. Dalam pertempuran ini, koalisi raja-raja Wales, Skotlandia, dan Viking Dublin dikalahkan oleh Aethelstan.

Puisi epik dalam Anglo-Saxon Chronicle menggambarkan betapa dahsyatnya pertempuran itu: “tak pernah ada pembantaian sebesar ini di pulau ini sebelumnya,” tulis penyairnya. Lima raja dan tujuh bangsawan musuh tewas di medan laga.

Sejarawan Karl Shoemaker dari Universitas Wisconsin-Madison menyatakan, “Meskipun ada argumen untuk mendukung para pesaing lain, bukti terkuat ada pada Aethelstan. Dialah yang membawa York ke dalam kekuasaan Inggris dan memusatkan birokrasi serta administrasi lebih baik dari siapa pun sebelumnya.”

Setelah kemenangan ini, wilayah kekuasaan Aethelstan membentang ke Skotlandia dan Wales. Dua tahun setelah kemenangan Brunanburh, ia wafat. Namun dalam sejarah, ia diakui secara luas sebagai Raja Inggris pertama yang sesungguhnya.

Baca juga: Koin Perak Romawi Bergambar Kaisar Ditemukan di Inggris

Menyebut siapa Raja Inggris pertama bukan soal tanggal penobatan atau klaim politik semata. Ini adalah kisah evolusi sosial, militer, dan budaya yang mengarah pada terbentuknya identitas bangsa. Aethelstan mungkin bukan raja pertama yang memerintah wilayah yang kini kita kenal sebagai Inggris, tetapi dialah yang pertama kali menyatukannya secara nyata—dengan kekuatan, strategi, dan visi.

Dengan demikian, nama Aethelstan layak diingat bukan hanya sebagai penguasa, tetapi sebagai arsitek pertama dari negara bernama Inggris.

Baca juga: Siapa Sebenarnya Bangsa Viking?

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau