Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Burung Punya Bahasa Rahasia? Studi Ini Temukan Polanya

Kompas.com - 25/08/2025, 09:59 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber Earth.com

KOMPAS.com - Burung sering terdengar berkicau dengan nada yang tampak acak. Namun, penelitian terbaru mengungkap sesuatu yang mengejutkan: kicauan burung mungkin mengikuti pola tersembunyi yang mirip dengan aturan dalam bahasa manusia.

Selama tiga dekade terakhir, ilmuwan menggunakan kicauan burung sebagai model untuk memahami bagaimana manusia mempelajari dan menyebarkan bahasa. Menariknya, burung juga menjadi alat untuk meneliti gangguan bicara pada manusia, karena memiliki kesamaan biologis dengan mekanisme suara manusia. Bedanya, burung bisa diteliti di alam liar tanpa kendala etika yang rumit.

Bagaimana Burung Menyusun Lagu Mereka?

Sebelum membandingkan dengan bahasa manusia, kita perlu memahami struktur kicauan burung.

  • Nada (notes): bunyi berkesinambungan yang dipisahkan jeda pendek.
  • Frasa (phrases): rangkaian nada yang selalu muncul bersama.
  • Panggilan (calls): suara pendek bawaan lahir, sedangkan lagu (songs) adalah rangkaian panjang yang dipelajari.
  • Bout: serangkaian panggilan atau lagu yang dipisahkan jeda panjang.

Pertanyaannya, apakah pola ini mencerminkan aturan linguistik seperti bahasa manusia? Salah satu kandidat terbaik adalah Zipf’s Law of Abbreviation (ZLA).

Baca juga: Studi: Dengarkan Kicau Burung Terbukti Bikin Bahagia dan Sehat

Apa Itu Zipf’s Law of Abbreviation (ZLA)?

ZLA adalah prinsip linguistik yang menyatakan bahwa kata atau bunyi yang sering digunakan cenderung lebih pendek, sedangkan yang jarang digunakan lebih panjang. Pola ini hampir selalu muncul dalam bahasa manusia. Tim peneliti yang dipimpin Rebecca Lewis dari University of Manchester mencoba menguji apakah ZLA juga berlaku pada burung.

Mereka mengembangkan metode baru dengan memperkenalkan paket R bernama ZLAvian, lalu menganalisis kicau burung dari 11 populasi di 7 spesies yang diarsipkan dalam database Bird-DB.

Hasilnya?

Secara umum, ada kecenderungan burung menggunakan suara pendek lebih sering. Namun, hanya satu dari sebelas populasi yang menunjukkan bukti kuat mengikuti pola ZLA.

Mengapa sulit menemukan bukti jelas? Berbeda dengan manusia yang punya ribuan kata, kebanyakan burung hanya punya sedikit jenis nada. Selain itu, burung cenderung menyalin lagu dari burung lain ketimbang menciptakan pola baru, sehingga variasi mungkin lebih terkait proses belajar bersama daripada inovasi independen.

Sekelompok burung jalak afrika di Kebun Binatang Wilhelma di Stuttgart, Jerman. Dennis Irrgang / CC BY 2.0 Sekelompok burung jalak afrika di Kebun Binatang Wilhelma di Stuttgart, Jerman.

Baca juga: Mengapa Burung Berkicau dengan Lagu yang Sama Berulang Kali?

Hasil Campuran dari Spesies yang Berbeda

Fenomena ini bukan hal baru. Lebih dari 30 tahun lalu, Jack P. Hailman menemukan bahwa burung black-capped chickadee sering mengeluarkan rangkaian panggilan pendek lebih sering dibandingkan yang panjang, meski tidak sesuai sepenuhnya dengan ZLA.

Studi lain pun memberikan hasil beragam:

  • 2013: Tidak ada bukti ZLA pada gagak (common raven).
  • 2020: Burung penguin Afrika menunjukkan kecenderungan suara pendek lebih sering.
  • Beberapa penelitian terbaru menemukan hasil berbeda pada gelatik Jawa atau Java sparrow (tidak ada bukti) dan pipit house finch (ada bukti ZLA).

Baca juga: Mengapa Burung Berkicau Lebih Nyaring di Pagi Hari? 

Mengapa Tidak Konsisten?

Pada manusia, kita bisa mempersingkat kata tanpa mengubah maknanya—contohnya “televisi” menjadi “TV”. Namun, pada burung, sedikit perubahan suara bisa mengubah makna penting. Dalam beberapa spesies, betina menilai kualitas jantan dari nada tertentu. Nada sulit diproduksi biasanya menunjukkan kualitas fisik. Jika nada ini diubah, sinyal bisa salah terbaca dan memengaruhi proses pemilihan pasangan.

Faktor inilah yang mungkin membuat prinsip ZLA tidak konsisten dalam kicauan burung.

Apa Artinya untuk Penelitian Bahasa?

Hukum Zipf berasal dari prinsip Law of Least Effort, yaitu kecenderungan makhluk hidup memilih cara paling efisien. Pada manusia, ZLA berlaku bukan hanya pada kata lisan, tetapi juga tulisan. Namun, bukti di dunia hewan, termasuk primata, lumba-lumba, kelelawar, dan hyrax, masih lemah.

Apakah burung benar-benar mengikuti ZLA? Atau kita seharusnya tidak berharap demikian? Jawabannya belum jelas. Studi ini menemukan pola samar di beberapa populasi, tetapi tidak konsisten seperti pada manusia.

Penelitian mendatang dengan dataset lebih besar dan sampel lebih luas sangat dibutuhkan untuk mengetahui apakah hukum linguistik ini benar-benar berlaku dalam komunikasi burung.

“Jika ZLA memang ada pada burung, polanya jauh lebih lemah dan tidak stabil dibandingkan bahasa manusia,” simpul para peneliti.

Hasil lengkap penelitian ini dipublikasikan di PLOS Computational Biology.

Baca juga: Mengapa Burung Mengeluarkan Beragam Suara Saat Berkicau? 

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau