KOMPAS.com - Bayangkan malam itu kamu menatap langit dan melihat Bulan purnama bersinar terang. Namun perlahan, cahayanya meredup, lalu berubah menjadi warna merah darah.
Inilah fenomena gerhana bulan total 7 September 2025, peristiwa langit langka yang kerap disebut sebagai blood moon.
Menurut NASA Science, tahun 2025 hanya akan ada dua kali gerhana bulan total. Yang pertama sudah terjadi pada 14 Maret 2025. Peristiwa kedua dan yang paling ditunggu akan berlangsung pada 7–8 September 2025.
Menariknya, Indonesia termasuk wilayah terbaik untuk menyaksikan gerhana bulan total ini dari awal hingga akhir.
Baca juga: Gerhana Bulan 2025: Jadwal dan Proses Terjadinya
Bagi yang bertanya “kapan gerhana bulan terjadi 2025?”, maka jawabannya adalah malam Minggu, 7 September 2025 hingga dini hari Senin, 8 September 2025.
Jika terlewat, kita harus menunggu sampai 3 Maret 2026 untuk menyaksikan kembali fenomena serupa.
Menurut data Observatorium Bosscha, berikut jadwal lengkap gerhana bulan total 7 September 2025 dalam waktu Indonesia Barat (WIB):
Baca juga: Fenomena Corn Moon 2025 Muncul Bersama Gerhana Bulan Total, Ini Bedanya
Artinya, fase totalitas gerhana akan berlangsung selama 1 jam 22 menit, dari pukul 00.30 WIB hingga 01.52 WIB.
Dari wilayah Indonesia bagian barat, semua fase dapat diamati dengan jelas. Namun di Papua bagian timur, Bulan sudah terbenam sebelum gerhana selesai.
Saat gerhana bulan total, posisi Matahari, Bumi, dan Bulan sejajar. Bumi menutupi cahaya Matahari sehingga tidak langsung mengenai Bulan. Namun, sinar Matahari masih membelok melewati atmosfer Bumi.
Dilansir dari BMKG, proses inilah yang disebut hamburan Rayleigh, membuat Bulan tampak merah darah saat gerhana total.
Bahkan kondisi atmosfer Bumi seperti adanya debu vulkanik atau asap kebakaran hutan bisa membuat warna Bulan tampak lebih pekat dan dramatis.
Baca juga: Blood Moon 2025, Bulan Akan Tampak Merah Saat Gerhana 7 September
Fenomena gerhana bulan total 7 September 2025 terjadi hanya 2,7 hari sebelum Bulan mencapai perigee (titik terdekat orbit Bulan dengan Bumi).
Itu artinya, Bulan akan tampak sedikit lebih besar dari biasanya, meski perbedaannya tidak terlalu mencolok.
Selain itu, sekitar 36% diameter Bulan akan melewati bagian tergelap bayangan Bumi (umbra). Akibatnya, gerhana kali ini diprediksi akan tampak lebih gelap dan kaya warna dibanding gerhana-gerhana sebelumnya.