KOMPAS.com - Banyak orang bertanya, apa itu Typhoon Peipah yang baru saja melanda Jepang pada 5 September 2025? Secara singkat, Typhoon Peipah adalah salah satu jenis siklon tropis yang terbentuk di Samudra Pasifik bagian barat.
Topan ini pertama kali dikenal luas pada tahun 2007 ketika melanda Filipina dan Vietnam. Pada September 2025, Typhoon Peipah kembali menjadi sorotan setelah menghantam Jepang, terutama di Prefektur Shizuoka.
Dilansir dari Nippon, pada Jumat, 5 September 2025, Typhoon Peipah bergerak ke arah timur di sepanjang pantai Pasifik Jepang sebelum akhirnya melemah menjadi siklon ekstratropis pada malam harinya.
Meski melemah, topan ini membawa hujan lebat dengan intensitas mencapai 110–120 milimeter per jam di beberapa lokasi di Shizuoka.
Baca juga: Mengenal Angin Topan: Dampak dan Proses Terjadinya
Typhoon Peipah menimbulkan berbagai kerusakan dan gangguan. Di kota Hamamatsu, seorang pria berusia 80-an dilaporkan jatuh ke saluran air akibat derasnya hujan.
Di Makinohara, Shizuoka, sebuah truk besar terbalik karena angin kencang, tiang listrik roboh, enam rumah hancur total, dan 34 rumah lainnya rusak sebagian. Akibatnya, 23 orang mengalami luka-luka.
Tak hanya itu, layanan kereta berkecepatan tinggi Tokaido Shinkansen sempat terhenti selama berjam-jam akibat hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut.
Fenomena ini menunjukkan betapa besar dampak yang bisa ditimbulkan oleh siklon tropis meski durasi kejadiannya relatif singkat.
Proses pembentukan Typhoon Peipah tidak berbeda dengan topan lainnya.
Menurut Climate Impacts Tracker Asia, topan terbentuk di Samudra Pasifik barat ketika suhu permukaan laut melebihi 27°C.
Baca juga: Mengenal Samudra Pasifik: Samudra Terbesar dan Terdalam di Bumi
Panas dari laut membuat udara naik, menciptakan zona tekanan rendah. Udara yang lebih dingin masuk untuk menggantikannya, lalu berputar akibat efek Coriolis.
Proses ini menghasilkan pusaran besar dengan struktur khas berupa mata badai di pusatnya. Di sekitar mata badai terdapat dinding mata tempat angin dan hujan paling kuat terjadi.
Saat mencapai kecepatan angin di atas 119 km/jam, badai tersebut resmi dikategorikan sebagai topan.
Namun, ketika bergerak ke perairan dingin atau daratan, topan kehilangan sumber energi utamanya.
Dilansir dari The Japan Times, inilah yang membuat Typhoon Peipah melemah dan berubah menjadi siklon ekstratropis setelah melintasi wilayah Jepang.
Baca juga: Efek Coriolis: Pengertian dan Penyebabnya