KOMPAS.com - Mana'o adalah salah satu tradisi sakral masyarakat Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.
Tradisi ini tidak dijalankan oleh semua masyarakat Sumba Barat, tetapi hanya dilakukan oleh orang-orang yang meyakini kepercayaan Marapu, khususnya di Desa Manu Kuku, Kecamatan Tana Righu, Kabupaten Sumba Barat.
Mana'o menjadi salah satu upacara terbesar dalam kepercayaan Marapu, yakni kepercayaan asli Sumba.
Upacara ini dilaksanakan setiap tahun, tepatnya menjelang akhir tahun di antara bulan November hingga Desember.
Baca juga: Malamang, Tradisi Unik Masyarakat Minang Jelang Hari Besar Islam
Tradisi Mana’o adalah serangkaian ritual adat yang diwariskan oleh masyarakat asli Sumba Barat, yang memiliki kaitan erat dengan kepercayaan Marapu.
Ritual ini dipercaya sebagai cara untuk menjaga keharmonisan antara manusia dengan leluhur, alam, dan hewan.
Selain itu, tradisi ini juga merupakan fase pembersihan diri, permohonan keberkahan hidup, dan bentuk rasa syukur.
Mana’o (Bulan Suci/Pahit) dilakukan seperti perayaan tahunan hari besar keagamaan, tetapi hanya oleh beberapa kampung di Desa Manu Kuku, Kecamatan Tana Righu.
Masyarakat yang melakukan ritual adat budaya ini adalah Kampung Bondo Ede dan Kampung Ombarade.
Mereka pun umumnya melaksanakan tradisi ini dalam waktuu berbeda, tetapi biasanya diadakan pada akhir tahun sekitar bulan Oktober hingga Desember.
Para pelaku ritual adalah perwakilan pemangku adat masing-masing suku, pemimpin daerah setempat, dan masyarakat secara umum.
Baca juga: Marpangir, Tradisi Mandi Rempah Jelang Ramadan
Dalam pelaksanaannya, tradisi Mana'o terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan, seperti perbaikan pola tingkah laku, pengisahan cerita-cerita leluhur asal-usul manusia, berburu babi hutan sebagai indikator keberhasilan panen, hingga prosesi sunatan dan pengasingan menuju pendewasaan bagi remaja.
Ritual budaya Mana’o juga mencakup tradisi meramal nasib dengan menyembelih ayam dalam rangkaian upacara mendekati puncak Mana’o.
Setiap keluarga harus memberikan ayam kepada Rato (tua adat) untuk disembelih guna melihat pesan-pesan dari arwah nenek moyang.
Rato adat membelah dada ayam untuk melihat jantung, hati, dan ususnya, lalu meramal nasib melalui jeroan ayam tersebut.