KOMPAS.com - Belakangan ini, TikTok diramaikan oleh tren S Line yang terinspirasi dari drama Korea berjudul S Line.
Dalam film tersebut, tokoh utama bisa melihat benang merah di atas kepala orang lain yang menunjukkan jejak hubungan seksual mereka.
Jumlah benang merah menandakan jumlah orang yang pernah berhubungan seks dengan mereka.
Baca juga: Apa Arti S Line, Garis Merah di Atas Kepala yang Banyak Diperbincangkan di Media Sosial?
Beberapa tokoh dalam film juga bisa melihat hal serupa namun harus menggunakan kacamata khusus.
Warganet kemudian ramai-ramai membuat konten serupa dengan menambahkan garis merah di atas kepalanya. Hal yang terjadi, netizen justru seperti sengaja pamer tentang pengalaman seksual mereka.
Lantas, apa kata psikolog soal tren umbar jejak hubungan seksual yang tengah terjadi belakangan ini?
Psikolog dari Ibunda.id, Danti Wulan Manunggal, mengingatkan agar masyarakat khususnya generasi muda untuk tidak gegabah meniru apa yang sedang ramai di layar kaca atau media sosial.
Terlepas sekedar mengikuti tren atau memang mengungkapkan fakta yang sebenarnya, ia mernilai tidak perlu bagi seseorang untuk mengumbar jejak hubungan seksual mereka ke publik.
“Ketika seseorang mulai menunjukkan bahwa ia sering berganti-ganti pasangan, itu seharusnya jadi alarm, bukan sekadar gaya hidup yang dibanggakan,” tegas Danti saat diwawancarai Kompas.com pada Minggu (20/7/2025).
Ia menekankan, perilaku tersebut bukan tanpa risiko dan perlu dipahami secara serius.
Menurut Danti, mengikuti tren tanpa pemahaman bisa berujung pada konsekuensi psikologis dan kesehatan yang berbahaya.
“Enggak bisa asal ikut-ikutan hanya karena itu lagi hits. Bangga atas pencapaian hubungan seksual bukan sesuatu yang penting, apalagi kalau cuma demi validasi sosial,” ujarnya.
Lebih lanjut, Danti menyebutkan, publik perlu diberi pemahaman lebih dalam soal makna relasi sehat dan bertanggung jawab, bukan sekadar mengikuti arus budaya populer.
Menurut dia, tren itu lain cerita dengan pentingnya seseorang mengetahui riwayat seksual pasangan.
Ia bilang, hal itu bukan semata-mata ingin mencampuri urusan pribadi, tapi langkah penting untuk memahami risiko kesehatan yang mungkin dihadapi bersama.
Baca juga: Drama Pendek, Kehidupan yang Padat