Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Banyak Orang Korea Selatan Bernama Kim? Ini Alasannya

Kompas.com - 11/08/2025, 11:30 WIB
Muhammad Zaenuddin

Penulis

KOMPAS.com - Sekitar 20 persen dari seluruh populasi penduduk Korea Selatan memiliki nama keluarga Kim. Kemudian disusul Lee dan Park (atau Pak).

Jika ditotal secara keseluruhan, sekitar 45 persen orang Korea memiliki salah satu dari ketiga nama tersebut.

Dilansir dari laman Holt International, berdasarkan data Sensus Penduduk dan Perumahan dari Layanan Informasi Statistik Korea (KOSIS) yang dilakukan setiap 15 tahun, Kim adalah nama paling umum.

Baca juga: Siapa Kim Keon-hee yang Dijuluki Lady Macbeth Korea Selatan?


Sensus terakhir dilakukan pada tahun 2015 dan menemukan 286 nama keluarga di Korea, dengan Kim, Lee, dan Park menempati tiga posisi teratas.

Berikut 10 nama keluarga paling umum di Korea berdasarkan sensus KOSIS 2015:

  1. Kim – 21,51 persen
  2. Lee – 14,70 persen
  3. Taman – 8,43 persen
  4. Choi – 4,70 persen
  5. Jung – 4,33 persen
  6. Kang – 2,37 persen
  7. Cho/Jo – 2,12 persen
  8. Yoon/Yun – 2,05 persen
  9. Jang – 2,00 persen
  10. Lim – 1,66 persen.

Baca juga: Sajikan Menu Inovatif Berisi Semut, Restoran di Korea Selatan Terancam Denda Rp 600 Juta

Lantas, mengapa banyak orang Korea Selatan memiliki nama Kim?

Asal-usul nama Kim

Di kerajaan Silla (57 SM–935 M) Kim (yang berarti “emas”) adalah nama keluarga yang terkemuka dan menjadi penguasa Silla selama 700 tahun, menurut Britannica.

Silla adalah kerajaan yang berperang dan bersekutu dengan negara-negara lain di semenanjung Korea dan akhirnya menyatukan sebagian besar Korea pada tahun 668.

Baca juga: Sosok Lee Jae-myung, Mantan Buruh Pabrik yang Kini Jadi Presiden Korea Selatan

Selama berabad-abad di Korea, nama keluarga hanya diperuntukkan bagi kalangan atas dan bangsawan.

Keadaan ini bertahan sampai pemberian nama keluarga menjadi tanda dukungan dari raja selama dinasti Goryeo (935–1392).

Kemudian, selama akhir dinasti Joseon (1392–1910), beberapa rakyat jelata mengadopsi nama keluarga untuk keuntungan sosial dan ekonomi.

Baca juga: Berusia 93 Tahun, Rektor di Korea Selatan Ini Bagikan Resep Awet Muda

Dan praktik ini berkembang luas setelah sistem kelas dihapuskan pada 1894 dan penjajah Jepang memaksa orang Korea untuk mengambil nama keluarga.

Ketika sistem kelas tersebut resmi dihapuskan, hampir semua orang memiliki nama keluarga seperti yang kita kenal sekarang.

Banyak rakyat jelata memilih nama keluarga dari klan-klan tinggi seperti Kim, Lee, atau Park.

Baca juga: Harta Orang Terkaya di Indonesia Lebih Tinggi daripada Konglomerat di Korea Selatan, Kok Bisa?

Pemilik nama Kim tidak selalu berasal dari tempat yang sama

Secara umum, unit dasar sistem kekerabatan tradisional Korea adalah klan (bongwan), yakni kelompok yang nama belakangnya menandakan asal geografis yang sama.

Halaman:


Terkini Lainnya
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Tren
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
Tren
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
Tren
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Tren
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Tren
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tren
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Tren
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau