KOMPAS.com - Popularitas kotak buta atau blind box semakin meluas, terutama di kalangan remaja hingga orang dewasa.
Fenomena ini dipengaruhi unsur keberuntungan, peluang, hingga kelangkaan barang yang ditawarkan.
Dilansir dari ABC News (5/6/2025), blind box adalah paket tertutup berisi produk acak dari sebuah seri tertentu.
Isinya bisa berupa mainan, pernak-pernik, alat tulis, perhiasan, hingga perangkat elektronik.
Konsep ini bukan hal baru, tetapi sedang mengalami momen besar dalam budaya pop.
Baca juga: Bocah Tantrum Tak Dikasih Labubu, Pecahkan Langit-langi Kaca dan Lampu Gantung Senilai Rp 907 Juta
Fenomena "kecanduan" membeli blind box ini salah satunya dialami oleh mahasiswi China bernama Ruan Yue (23).
Ruan mengaku telah menghabiskan 55 dollar AS atau sekitar Rp 898.000 per bulan untuk membeli kotak misteri Labubu, mainan berbentuk peri asal Hong Kong yang berfungsi sebagai gantungan kunci.
Koleksinya kini mencapai 150 Labubu dan mainan lain.
“Begitu membuka kotaknya, entah dapat versi biasa atau edisi terbatas, rasanya senang sekali dan itu masih pada tahap kemampuan finansial saya,” kata Ruan.
Sementara, Bethan (55), bahkan sampai kehabisan uang bensin karena terlalu banyak membeli Labubu.
“Sebagian besar waktu saya tidak menginginkannya. Saya hanya suka keseruan menunggu dan mendapatkannya,” katanya kepada The Guardian, Senin (18/7/2025).
Lalu, kenapa banyak tertarik membeli blind box?
Baca juga: Boneka Labubu Rp 113 Juta Dicuri dari Toko Mainan California
Dilansir dari laman perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran, WARC, Kamis (31/7/2025), sebuah studi terbaru menemukan, blind box terbukti efektif mendorong orang membeli barang tersebut.
Dalam studi dijelaskan, fenomena ini paling mudah ditemui pada boneka Labubu, yang populer lewat strategi penjualan blind box.
Strategi ini membuat pembeli tidak tahu boneka mana yang akan mereka dapatkan.